Gue punya satu cita-cita terpendam : Nonton Konser Band Favorit gue minimal sekali seumur hidup gue. Mungkin terdengar cheesy, tapi yes, gue pengen buanget. Dulu waktu jaman SD, gue ngefans berat sama Westlife. Dan ketika Westlife datang ke Jakarta untuk konser perdana, gue pengen nonton setengah mati. Sayang gue gak diizinin ama Bokap, maklum sih gue masih SD kelas 5 waktu itu. Ga kebayang gue punya anak kelas SD terus minta nonton konser. Dengan bersedih hati, di malam konser Westlife gue hanya duduk termenung di kamar tidur.
Masuk SMP, gue mengenal satu band yang lagunya bikin gue langsung cinta banget: Coldplay. Band alternatif rock asal Inggris ini membius telinga gue dengan lagu Yellow. Saat itu, gue masih hidup di jaman para ABG suka nulis lirik lagu kesukaan nya di binder, terus nyanyi nyanyi sambil baca liriknya. #tsah Sepertinya gue memang terlahir dengan telinga untuk musik alternative, Coldplay lah band yang mengenalkan telinga gue dengan musik adem itu. Lalu, gue mengenal lagu Clocks yang gue dengar dari ringtone monoponik HP Nokia 3330. Dengar alunan nada-nya aja gue udah tau kalau gue bakal suka itu lagu. Dan bener, Lagu Clocks semakin mengukuhkan diri gue kalau gue adalah fans Coldplay. Gue inget jelas masa-masa SMP gue ditermani lagu-lagu Coldplay.
Beranjak dewasa, gue mengenal lebih banyak musik, termasuk lagu lagu baru Coldplay. Musisi dan band datang silih berganti, tapi Coldplay selalu stay dalam playlist Winamp gue, dari jaman kepingan CD sampai masuk ke Spotify, gue tetap dengar Coldplay. Album A Rush of Blood to Head lanjut ke Album X&Y yang gue denger pas jaman SMA, gue puter CDnya ampe “nyenye” (istilah untuk menyebut CD lecet). Lalu gue nonton Drama Korea yang pakai satu lagu Coldplay yang super adem dan dalem banget : For You. Lagu lagu Coldplay menemani proses pendewasaan diri gue, bahkan sekalipun gue pernah di-bully di sekolah, Coldplay itu seperti spiritual animal gue yang berbisik untuk keep moving on.
Waktu puncak-puncak nya gue jadi orang begitu idealis, Viva La Vida rilis. Lagunya jadi backsound video kegiatan kompetisi yang pernah gue ikuti. I’m glad that they use Coldplay song. Masa masa bahagia gue sebagai mahasiswa didampingi oleh Paradise, Every Tear Drop is A Waterfall, Princess of China. Bahkan saat gue sedang mengalami banyak kegagalan dan memahami tentang dunia nyata itu seperti apa. I’m back listening Coldplay to raise me up.
Masuk ke fase kehidupan baru, dimana gue ketemu suami gue, gue mendengar lagu True Love (duh, kok timingnya pas banget sih!). Video-nya deep banget, hingga gue baru tau kalau itu justru lagu sedihnya Chris Martin karena bercerai dari Gwyneth Palthrow. Album terakhirnya Coldplay, A Head Full of Dream yang rilis di masa quarter life crisis gue.
Gue Cuma mau cerita bagaimana Coldplay mengambil bagian hidup gue. As a huge fan, I wish to see them LIVE. Meski sampai detik ini, mereka gak pernah konser di Indonesia, I always have a throught if I can watch them somewhere. Datanglah konser A Head Full of Dreams Tour yang akan diadakan di beberapa negara ASEAN. Awalnya gue engga langsung mantengin tiket online-nya. Gue harus dapet permission dari suami untuk nonton, plus ngecek kondisi keuangan. Karena nonton konser di luar negeri bukan Cuma soal beli tiket doank, tapi pengeluaran travel lain yang harus dipikirkan. HIngga gue dapat kesempatan pergi ke Manila untuk jalanin project edukasi yang disponsorin oleh YSEALI. Gue baru ngeh kalau ternyata jadwal traveling gue untuk di waktu Coldplay konser!
Gue cek tiket di website ticketing, gue lihat tiket yang tersisa itu tinggal yang mahal-mahal aja, dan duit gue ga cukup. Alhasil gue urungkan niat nonton itu. Hingga H-1 hari sebelum konser, gue saat itu berada di Manila, kegiatan utama baru aja beres. GUe iseng bukan Facebook dan liat persiapan Coldplay Concert Tour di Manila. GUe yang mupeng banget lihat komen orang orang yang mau pada nonton. Tiba-tiba ada (more…)
Read More