Haji Tanpa Antri dari Jepang : All the Things You Want to Know

Tahun 2023 menjadi salah satu tahun terindah di kehidupan keluarga kecil saya. Alhamdulillah, saya dan suami mendapat undangan dari Allah untuk menunaikan ibadah haji di tanah suci. Sebagai seorang muslim, ibadah haji adalah ibadah sakral yang butuh persiapan fisik, materi, mental dengan waktu yang tidak sedikit. Belum lagi, tantangan terbesar dari berhaji bagi masyarakat kelas menengah ke bawah adalah menunggu giliran untuk berangkat ke tanah suci. Negara mayoritas muslim seperti Indonesia punya masa tunggu yang sangat lamaaa untuk berhaji dengan program reguler yang dikelola pemerintah. Teman saya yang baru mendaftar haji tahun 2022 lalu, dia sebutkan estimasi masa tunggu-nya kurang lebih 30 tahun. Artinya, jika saat ini umur kita 34 tahun, berarti kita akan pergi umur 64 tahun. Usia yang tidak muda, dan hanya Allah yang tahu umur kita di dunia ini sampai kapan, mungkin saja teman saya bisa berangkat lebih cepat. Itu kenapa banyak dari kita yang terus berdoa dan ikhtiar agar bisa diberi jalan supaya bisa segera berangkat selagi muda dan sehat secara fisik. 

Ada jalan lain yang dapat ditempuh untuk bisa mengurangi masa tunggu, yaitu dengan ikut program Haji Khusus atau Haji Furoda. Secara biaya, ongkos haji jalur ini pun tidak sedikit. Haji Khusus tahun 2023 mematok biaya Rp 120 juta dengan masa tunggu 5-9 tahun [1], sedangkan Haji Furoda tahun 2023 mematok biaya kisaran Rp 360 juta – Rp 745 juta [2]. Waktu saya masih di Indonesia, saya hanya bisa terbayang berangkat haji via jalur reguler. Waktu mulai membuka rekening Haji, target saya saat itu bisa memenuhi Rp 25 juta untuk bisa daftar Haji reguler. Belum terpikir ambil haji khusus. Mindset saya seketika berubah ketika tahu berhaji dari luar negeri bisa mengurangi kekhawatiran masa tunggu berhaji. Kita bisa langsung berangkat ke tanah suci di tahun kita mendaftar. Saudara saya sempat berhaji saat menempuh S3 di Jepang, tanpa antri. Teman saya yang ikut suami nya ke Belgia bisa berhaji tanpa antri dengan biaya yang sedikit lebih murah dari Haji Khusus. Disitulah saya punya niat, kalau diberi rezeki buat sekolah lagi, saya mau berhaji.  

 

Privilege pelajar / pekerja muslim di negara minoritas muslim

Tahun 2019, Allah mengabulkan mimpi saya untuk sekolah lagi. Saya diterima sebagai mahasiswa S3 di Kyoto University Jepang dengan beasiswa MEXT. Saat menerima letter of acceptance, disitulah terbesit lagi dalam hati “Bismillah, Haji ya”. Selama proses daftar S3 dan beasiswa, jujur niat utama saya itu biar bisa berhaji, hehehe. Mertua juga pas tau saya lolos S3, respon pertama nya “alhamdulillah, berarti bisa berangkat haji ya”. Eh, malah bukan bahas studinya, wkwk. Seketika, saya mengantongi privilege untuk berhaji dari luar negeri karena Jepang adalah negara minoritas muslim yang sudah ada track record WNI yang berhaji dari Jepang. Dari situ, saya mulai gali-gali informasi di internet tentang berhaji dari Jepang. Sayangnya, tidak banyak info yang up-to-date tentang berhaji dari Jepang. (Inilah kenapa saya membuat postingan tentang Haji di blog, karena mungkin akan ada yang butuh infonya). Saya berangkat ke Jepang tahun 2020, saat COVID-19 berada di status darurat tertinggi. Haji pun terdampak dengan menurunnya jumlah jamaah dan penundaan keberangkatan. Saya sempat was-was juga, takut gak bisa berangkat selama saya studi di Jepang. 

 

Bukti Tinggal di Jepang : Syarat Wajib Calon Jamaah Haji Jepang

Syarat wajib berhaji dari Jepang bagi WNI itu harus memiliki visa tinggal dalam bentuk residence card (bahasa Jepang: Zairyu Card) dan sudah tinggal di Jepang selama 6 bulan. Sumber lain mengatakan kita harus tinggal di Jepang minimal 1 tahun [3].  Studi saya memakan waktu minimal 3 tahun, artinya saya punya kesempatan untuk daftar haji di tahun kedua atau tahun ketiga. Tahun kedua, saya urungkan niat berhaji, karena tabungan nya belum cukup dan suami belum genap setahun tinggal di Jepang. 

 

Q : Apa visa turis bisa digunakan untuk haji dari Jepang?

A : Tidak, hanya WNI yang memiliki visa long term stay (studi, kerja, bisnis, dll) yang bisa mendaftar haji

 

Masuk tahun ketiga di Jepang, saya semakin agresif cari-cari info haji dari Jepang. Saya sudah kontak beberapa agen travel yang saya temukan di Facebook dan baca beberapa testimoni dari jamaah haji tahun-tahun sebelumnya. Satu agen travel balas chat saya, katanya mereka belum ada info resmi terkait Haji 2023. Saya sempat gusar karena sudah H-3 bulan dari musim Haji, infonya kok belum keluar. Beberapa minggu sebelum bulan Ramadhan, suami dapat info webinar tentang berhaji dari Jepang. Saya langsung ikutan untuk cari pendaftaran haji. Salah satu narsum menyebutkan bahwa agen travel haji akan mengumumkan pendaftaran saat bulan Ramadhan. Saat itu juga, banyak yang bertanya-tanya berapa ongkos haji tahun 2023. Karena info yang beredar, ongkos haji akan naik dari tahun sebelumnya. Beliau menjawab estimasi ongkos haji akan berada di kisaran 1 juta yen. Ya Allah, 1 juta yen, kalau dikali dua, jadi 2 juta yen. 

 

Agen Travel Jepang & Ongkos Haji 2023

Selama bulan puasa, saya cek berkala website haji, forum muslim di Facebook, dan akun sosmed agen travel. Kok gak muncul ya? Apa tidak ada bukaan haji? Saya makin cemas. Masuk di hari Lebaran, suami nemu poster penawaran Haji 2023 dari HIS Travel. Sesuai prediksi narsum webinar, HIS Travel mematok biaya 1,060,000 yen. Meski angka nya bikin terkejut, saya lega akhirnya  pendaftaran haji dibuka. Selang beberapa waktu, suami nemu poster dari Mian Travel yang mematok biaya 980,000 yen. HIS Travel dan Mian Travel adalah dua travel agent yang cukup dikenal baik reputasi nya. Sebenarnya ada beberapa agen lain, tapi saya menemukan cerita yang kurang enak didengar dari jamaah sebelumnya, sehingga saya tidak akan bahas disini.

 

Ongkos Haji dari Jepang tahun 2023

Mian Travel : 980,000 yen (sekitar 110 juta rupiah)

HIS Travel : 1,060,000 yen (sekitar 117 juta rupiah)

 

HIS Travel (his-j.com)

 

Mian Travel (miantravel.com)

Sebelum saya membandingkan angkanya, saya pastikan dulu apakah paket haji ini sudah apple-to-apple: apakah harga tersebut sudah menutupi semua komponen utama berhaji? Secara umum, biaya haji dari Jepang sudah mencakup komponen penting seperti tiket pesawat, hotel, akomodasi di Armuzna, asuransi, dan konsumsi. Setelah saya cek inclusion dan exclusion-nya, ada beberapa perbedaan. HIS Travel tidak meng-cover biaya airport tax (kisaran di angka 18,000 yen) dan biaya Qurban (sekitar USD 300), sedangkan Mian Travel meng-cover dua komponen tersebut. Bisa disimpulkan, Mian Travel lebih affordable dibanding HIS Travel. Terkait dengan pelayanan, saya coba cari-cari info dengan bertanya ke jamaah sebelumnya. Konon, pelayanan HIS sangat baik dan Mian cukup baik. Saya sendiri kurang paham definisi ‘baik’ itu seperti apa. Saya lihat tidak ada testimoni yang bikin kedua agen itu red flag. Waktu itu concern saya ama suami lebih ke pemilihan airlines-nya, apakah sesuai dengan maskapai yang tercantum di poster. Kami ngarepnya bisa pergi dengan Emirates, Qatar atau Singapore Airlines, Hehehe. Gak begitu mikirin pelayanan di Arab Saudi-nya (padahal ini penting banget lo). Kami memutuskan pakai Mian Travel karena alasan harga yang paling affordable dibanding agen lain. 

 

Daftar Haji : H-1.5 bulan

Daftar Haji dari Jepang itu simpel banget. Setelah dapat poster, saya langsung kirim email, telepon dan kirim WA ke Mian Travel. Kumplit bgt haha. Awalnya masih tanya-tanya dulu, apakah masih ada slot dan info detail pendaftaran. Mian Travel merespon saya dengan baik. Mereka menjawab slot haji tahun ini masih buka. Ada kisaran 10 slot pendaftaran lagi. Waduh dikit juga ya. Apa saya tergolong terlambat ya daftarnya? Saya sendiri ga ngerti tahu berapa total kuota haji dari Jepang. Melalui email, mereka meminta copy paspor dan residence card sebagai dokumen awal. Setelah saya kirim dokumen nya (termasuk punya suami), mereka meminta down payment sebesar 200,000 yen per orang yang harus segera dibayarkan. 

Sebelum transfer DP, saya minta konfirmasi lagi ke suami, supaya lebih yakin. Apapun yang terjadi nantinya, kita pasrahin aja. 

 

Saya : “Bismillah ya? Kita berangkat ya tahun ini?”

Suami : “Iya, InshaAllah lancar, Bismillah..”

 

Setelah transfer DP, entah ada rasa yang gak bisa digambarkan dengan kata-kata. Padahal transfer DP itu belum menjamin kita bisa berangkat ke tanah suci. Tapi, rasanya ada sense of accomplishment aja gitu, one step closer 🙂 Saat transfer DP, ternyata sudah H-1.5 bulan. Di Indonesia, mana bisa ya daftar haji mepet begini. Haha.

 

Izin Haji ke Supervisor / Pimpinan Perusahaan 

Haji bukan perjalanan yang sebentar, sedangkan kita sendiri memegang kewajiban studi/kerja selama di Jepang. Syarat berangkat haji sendiri kita harus lepas dengan ‘hutang’. Tidak hanya hutang materi, tetapi juga hutang dari kewajiban kita. Jangan sampai kita pergi dengan membuat pekerjaan terbengkalai. Untuk mahasiswa, tanggung jawab saya ya menyelesaikan studi saya, supervisor-lah yang menjadi orang yang harus tahu dan memberi izin. Setiap supervisor punya rules yang beda-beda ke murid nya. Supervisor saya sangat toleran untuk hal-hal personal. Lab saya sendiri tidak mewajibkan hadir di kampus setiap hari dan kita bisa ambil liburan kapan aja dan engga harus selalu izin. Namun, saya pikir perjalanan  haji ada resiko-nya sehingga penting untuk mengabari. Graduate school saya sendiri mewajibkan untuk submit travel notice dan travel insurance setiap mau pergi keluar negeri. Tujuannya supaya mereka bisa nge-track siapa yang lagi di luar negeri dan kapan akan kembali ke Jepang.

Saya sempat menyinggung soal rencana haji jauh sebelum saya daftar, Supervisor sempet beropini untuk lebih nunda rencana haji dan fokus beresin riset, tapi dia kembalikan ke saya. Saya udah gede dan sudah paham segala konsekuensi yang harus ditanggung. Meski supervisor saya non-muslim, dia paham seberapa sakral nya kewajiban haji buat muslim. Setelah saya bayar DP, saya temui lagi dan bilang kalau saya akan berangkat haji dan saya nanggung resiko untuk extend studi saya sampai semester depan. Dia menghargai keputusan saya dan kita atur kembali study plan-nya. It’s all set. 

 

Dokumen Wajib untuk Mendapat Visa Haji

 

Mengacu dari Mian Travel, Ini adalah dokumen yang dibutuhkan untuk Hajj Visa 2023. Dokumen dibawah ini WAJIB dipenuhi. Untuk WNI yang menikah dengan non-Japanese, cukup penuhi poin 1 sampai 7. 

  1. A completely filled out Visa Application form.

  2. Passport and Japanese residence card validity must be more than 6 Month from your date of arrival in Saudi Arabia with 2 blank pages in your passport.

  3. Recent passport photographs 4cm x 5cm size with white background. The face must cover. At least 70 to 80% of the space. Please remove your Glasses.

  4. Vaccination certificate against meningitis, Health certificate, Vaccination Seasonal influenza Original

  5. Corona Vaccine Certificate.

  6. Letter of Employment from your company if you are student in Japan from your university. Student Enrolment Certificate Must be in English.

  7. Marriage certificate for the couples in English if traveling with wife or family. Must be attested by your Embassy in Japan. (Original and photo copy at A4 size Page) for more information please call us.

  8. If you’re married with Japanese original Koseki Tohon. With English translate must be attested by Ministry of Foreign Affairs Japan. For more information please call us.

  9. Conversation certificate for Japanese Muslims Must be in English (Original & copy).

  10. If Embassy ask and required finger printer for Visa you must be come Tokyo for finger print at Saudi Visa Center at Tamachi Station by Keihan Tohoku Line.

Dan, dokumen-dokumen di atas inilah yang menjadi ujian pertama saya dalam berhaji. 

 

‘Ujian’ sebelum berangkat Haji

Ujian terbesar saya dan suami sudah muncul sejak penyelesaian administrasi haji. Mungkin ini juga kesalahan saya karena sempat menunda pengiriman dokumen. Saya terlalu fokus sama kerjaan kampus dan beresin paper sedangkan suami juga sibuk part time job. Ga kerasa tiba-tiba udah masuk ke batas deadline (15 Mei), saya gak sadar kalau ada beberapa persyaratan yang kurang dan tidak memenuhi aturan. Saya telepon Mian Travel untuk request tambahan hari. Saat itu, brother Mian (Direktur Mian Travel-ya, itu nama owner-nya) angkat telepon saya. Tanpa neko-neko, dia secara tegas bilang kalau saya harus kirim semua dokumen lengkap ke kantornya di Tokyo paling lambat besok sore, gimana pun caranya. Tetiba saya panik. Saya belum ada Health Certificate, Meningitis & Influenza Vaccine Certificate dan Pas Photo. Mian Travel pernah ngirim rekomendasi klinik untuk vaksin di Osaka dan Tokyo. Saya coba hubungi klinik Osaka dahulu yang dibantu teman lab saya untuk reservasi. Osaka lebih dekat dari Kyoto. Setelah dia telepon, dia ragu karena klinik seperti gak familiar dengan vaksin Haji untuk keperluan Haji. Form vaksin dan health certificate nya sendiri disediakan dari kedutaan Saudi (dalam bahasa Arab dan Inggris). Saya jadi ikutan ragu. Suami saya juga coba browsing cari klinik di Kyoto yang nerima vaksin Meningitis dan Influenza. Ketemu-lah klinik bernama Sakabe Clinic. Suami saya telepon, katanya mereka bisa nerima vaksin Meningitis dan Influenza. Selesai lab meeting, kami berdua langsung berangkat ke klinik untuk vaksin.

 

Drama Vaksin

Ujian kami belum selesai, ternyata klinik cuma punya stok vaksin untuk satu orang. Mereka bisa re-stock tapi butuh 2-3 hari. Oh my, I don’t have time to wait. Alhasil, saya nimbang-nimbang sama suami.

Saya: “yaudah, mas andik aja yang divaksin duluan, aku pergi ke Tokyo besok, vaksin disana sambil anter dokumen langsung ke kantor Mian”

Suami hening, tapi kita gak ada pilihan lain. Akhirnya suami divaksin di Sakabe Clinic dan dokter ngisi form yang kita kasih. Alhamdulilah, Sakabe sensei baik banget. Sebelum di-vaksin, dia bilang “vaksin ini gak ditanggung asuransi, gak papa? Karena harganya lumayan mahal”. Kami jawab gak papa. Untuk bisa haji, we will do whatever it takes. 

 

Q : Berapa biaya vaksin Meningitis dan Influenza dan perilisan Health Certificate di Jepang?

A : 33,000 yen (sekitar 3,7 juta rupiah)

 

Drama ‘Pas Foto’

Jam 9 malam, kami nerima health certificate dan form vaksin yang sudah diisi dokter, kami lanjut ke Photo Box untuk bikin foto visa. Di persyaratan, tertulis wajah harus meng-cover 70-80% frame foto. Saya sendiri belum pernah pakai photo box di Jepang, entah mereka punya settingan nya atau engga. Kami pun diuji lagi di photo box dekat kampus. Anehnya tidak ada ada pilihan foto visa yang sesuai persyaratan, belum lagi background foto yang gak bisa diubah ke warna putih. Mana harga sekali fotonya mahal banget lagi, kami harus retake ulang. Daaaaaan, saat pas foto-nya dibawa ke kantor Mian, mereka langsung reject foto nya karena tidak cover 70-80%, alhasil saya dan suami harus foto ulang di studio foto, gak boleh di photo box. Ya Allah.. sedih. FYI, Buat Pas Foto di Studio Foto biayanya 4,000 yen per orang (untuk empat lembar foto tanpa dikasi master file-nya). Okay, yang ikhlas ya Annisa… (:

Malam itu, saya baru bisa tidur jam 2 pagi, karena beres foto-foto, saya harus print-print dokumen dulu, baru bisa pulang ke apato. Keesokan harinya, sebelum pergi ke Tokyo, saya ketemu dua dokter yang sudah saya buat reservasi jauh hari. Kala itu, saya sedang treatment promil dan saya gak mau cancel treatment nya. Alhasil saya jabanin semua dalam satu hari. Habis ketemu dua dokter, saya langsung berangkat ke Kyoto Stasiun untuk naik Shinkansen ke Tokyo. Setiba di Tokyo, saya langsung lari ke Shinagawa East Clinic untuk suntik vaksin Meningitis dan Influenza. Alhamdulilah, saya bersyukur banget, timing nya pas. Saya terima dokumen vaksin jam 5 sore, lalu saya langsung pergi ke kantor Mian untuk serahkan semua dokumen. 

 

Ujian kami (masih) belum selesai : Akta Nikah

Setiba di kantor Mian, saya serahkan semua dokumen, berharap semua di-approve oleh staf Mian Travel. Ternyata ada satu dokumen lagi yang tidak memenuhi syarat: dokumen nikah atau marriage certificate. Visa Haji mensyaratkan akta nikah yang di-attested oleh embassy Indonesia (diberi stamp bahwa kita resmi pasangan menikah di Jepang). Dokumen yang saya bawa itu copy akta nikah yang dilegalisir KUA. Seketika, dokumen nya kena reject. Saya disuruh pergi ke kantor embassy Indonesia untuk meminta stempel di akta nikah. Saya kira semua urusan bisa selesai satu hari karena saya harus pulang untuk beresin paper. Qadarullah, saya harus stay di Tokyo untuk ngurus akta nikah. Alhamdulilah, saya dapat tumpangan menginap di apato kak Putri, teman S2 di IPB yang sekarang tinggal di Saitama (Arigatou kak Putri!). Keesokannya, saya pergi ke embassy Indonesia di Shinjuku untuk meminta stempel. Staf embassy bilang prosedur standar untuk pengesahan akta nikah perlu waktu beberapa hari, tapi karena saya datang dari jauh dan sedang emergency saya diberi keringanan. Alhamdulilah (teman-teman, kalau mau berangkat haji, cepet urus legalisasi akta nikah di embassy ya, jangan contoh saya). Beres dari embassy, saya balik ke kantor Mian lagi untuk serahin akta nikah sekaligus kasih bukti pelunasan haji. Alhamdulilah, semua dokumen diterima. Saya bisa pulang ke Kyoto dengan lega, meski lelah banget. Semoga teman-teman bisa ngambil pelajaran dari kejadian saya ya. 

 

Berapa lama berhaji dari Jepang?

Berhaji dari luar negeri biasanya memakan waktu lebih pendek dari haji reguler Indonesia. Haji reguler umumnya memakan waktu 40 hari, sedangkan berhaji dari Jepang memakan waktu 20-25 hari. Waktu haji yang pendek ini juga ideal karena sebagian jamaah tidak bisa meninggalkan pekerjaan lama-lama. Untuk sebagian mahasiswa S3 jalur research, waktu berhaji bisa lebih fleksibel, but not for others, especially workers. Mian Travel menawarkan 20 hari (termasuk hari berangkat dan pulang), berangkat dari Jepang tanggal 18 Juni 2023 lalu tiba di Jepang tanggal 7 Juli 2023. Jamaah Mian Travel terbang dengan maskapai Emirates Airlines Economy Class. Kota yang dikunjungi pada umumnya sama dengan program Haji lainnya yaitu Mekkah dan Madinah. Menurut saya, berhaji selama 20 hari sudah cukup ideal secara waktu. Meski tentunya, banyak jamaah berharap bisa stay lebih lama supaya bisa lebih banyak ibadah dan memohon doa. InshaAllah, saya percaya suatu saat nanti Allah kelak akan kasih kesempatan saya untuk balik lagi ke tanah suci. (Jadi punya cita-cita umroh setahun sekali, hihi, aaamiiin).

Itinerary Haji dari Jepang

Selama 20 hari, ini itinerary perjalanan yang saya dapatkan.

18 Juni : (Malam) Terbang dari Narita Airport

19 Juni : (Pagi) Tiba di Jeddah Airport, (Siang) Perjalanan ke Hotel, Istirahat, (Sore-Malam) Umroh Wajib 

20 Juni : Sightseeing Mekkah (Jabal Rahmah, Jabal Tsur, Museum Wahyu)

21 Juni : Free Time (biasanya diisi dengan ibadah, belanja, istirahat)

22 Juni : Free Time

23 Juni : Free Time

24 Juni : Free Time

25 Juni : (Malam) Berangkat ke Mina 

26 Juni : (All Day) Stay di Mina

27 Juni : (Pagi sampai Magrib) Arafat, (Malam) berangkat ke Muzdalifah dan Bermalam 

28 Juni :(Pagi) Kembali ke Tenda Mina & Lempar Jumrah Pertama

29 Juni : (Dini Hari) Berangkat ke Masjidil Haram, Tawaf Ifadah, Sa’i, Tahalul Awal, (Siang) Istirahat di Hotel, (Sore) Berangkat ke Jamarat, Lempar Jumrah Kedua, (Malam) Kembali ke Tenda Mina

30 Juni : (Siang) Lempar Jumrah Ketiga, Tahalul Akhir, Kembali ke Hotel di Mekkah

1 Juli : (Subuh) Tawaf Wada, Free Time di Mekkah

2 Juli : (Sore) Berangkat ke Madinah dengan Bus, (Malam) Tiba di Madinah

3 Juli : Free Time, (Malam) Mengunjungi Raudah (Online Booking via Nusuk App)

4 Juli : Sightseeing Tour Madinah

5 Juli : Free Time 

6 Juli : (Sore) Terbang dari Madinah Airport

7 Juli : (Sore) Tiba di Narita Airport

 

Kesan Menjadi Jamaah Haji dari Jepang + Memakai Mian Travel

“Semua orang ketika berhaji atau umroh, mereka kembali dengan cerita bahwa mereka orang yang paling beruntung, artinya Allah atur supaya ada yang bisa ini, ada yang bisa itu. Agar ketika pulang nanti orang punya kisah yang menarik”   –  Habib  Husein Jafar

Kata pertama: Luar biasa. 

Kata kedua : beruntung.

Alhamdulilah, belajar banyak banget dari perjalanan Haji ini, dari teman-teman satu grup, dari orang-orang yang saya temui. Di grup kami, jamaah datang dari berbagai nationality: Indonesia, Pakistan, Mesir, India, Jepang, dll. Ada rasa gak percaya ketika bisa melihat Ka’bah lagi, apalagi pas dengar suara azan lagi. Hati langsung nyesss. Di grup saya, saya takjub ternyata jamaah haji yang asli orang Jepang itu lumayan banyak. Mereka kelihatan devoted sekali mengikuti setiap rangkaian haji. Terlebih lagi, suhu rata-rata mencapai 45 derajat celcius, panas nya luar biasa, benar-benar menguji iman kita. Sebagai orang Islam dari lahir, saya malu melihat betapa tekun nya orang Jepang belajar tentang Islam. Iman saya yang masih kembang kempis, masih kurang ibadah, masih banyak bikin dosa emang perlu disentil. 🙂 Semoga perjalanan Haji ini menjadi alarm yang terus menempel di kepala saya, biar saya jadi orang yang bener 🙂 

Ujian kami para jamaah haji tahun 2023 juga terkait dengan suhu yang ekstrim. Hampir semua jamaah di grup kami dalam kondisi tidak sehat. Ada yang sakit tenggorokan, batuk-batuk, flu, demam, hingga heat stroke. Saya sendiri tidak kuat sama udara panas yang ekstrim. Saya banyak-banyak doa semoga Allah kasih rasa dingin dari dalam tubuh saya dan saya tetap mampu melaksanakan rukun haji dengan khusyuk.

Terkait dengan pelayanan Mian Travel, saya harus bilang ada plus dan minus-nya. Minus-nya tidak sampai red flag kok. Alhamdulilah, travel nya cukup amanah, meski ada beberapa fasilitas dan informasi yang dirasa kurang memenuhi standar atau ekspektasi. Tapi, saya tetap bersyukur dengan fasilitas yang diterima. Bila dibandingkan dengan jamaah haji Indonesia, grup kami tergolong grup yang amat sangat beruntung. Alhamdulilah, kami tidak terlantar untuk urusan akomodasi, mendapat konsumsi yang lebih dari cukup, dan yang terpenting.. Timing setiap rukun haji yang dilakukan alhamdulilah banget berada dalam waktu yang sangat tepat. Meski kami tidak diberi itinerary tertulis untuk rangkaian haji (mungkin tidak dikasih, karena schedule haji setiap hari nya bener-bener unpredictable), saya tetap acungin jempol ke Mian Travel untuk pengaturan waktu saat menunaikan rukun Haji, sepertinya brother Mian sudah sangat berpengalaman dalam memilah kapan rush hour di setiap spot dan kapan waktu terbaik untuk pergi dan pulang. Kami beruntung banget bisa lempar jumrah pertama dalam kondisi yang cukup sepi, kami juga bisa meninggalkan Muzdalifah di pagi hari (sedih banget baca berita jamaah Indonesia terlantar di Muzdalifah sampai siang terik), dan ritual lainnya yang bisa dilakukan di waktu yang tidak begitu padat. 

 

Berapa biaya akhir yang dihabiskan untuk haji dari Jepang?

Total biaya yang kami keluarkan untuk dua orang itu sekitar 2,2 juta yen.

Rincian kasar (dalam yen):

Ongkos Haji : 1,980,000

Uang saku : 72,000

Vaksin, Administrasi dan Transportasi di Jepang : 130,000 

Dengan ongkos di atas, saya bisa mendapatkan fasilitas haji yang (hampir) setara dengan Haji Furoda Indonesia seharga 360-400 juta rupiah dan berangkat tanpa antri (daftar dan berangkat di tahun yang sama). Dari sisi cost-wise, haji dari Jepang is a good deal karena kita seperti membayar 30% saja dari ongkos Furoda tetapi bisa dapat kesempatan yang sama. 

Semoga ilustrasi Haji dari Jepang di atas bisa membantu teman-teman untuk mendapat gambaran jika nantinya mau berhaji dari Jepang. Semua yang saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi, tentunya bisa berbeda yang lain. Kita hanya bisa berniat, berencana dan mengatur strategi, tapi tentunya hanya Allah-lah yang menentukan siapa yang akan menjadi tamu-Nya, terlepas dari kemampuan materi yang cukup atau tidak. InshaAllah, Allah akan memampukan hamba-nya yang siap menunaikan ibadah haji (baca cerita saya tentang hikmah haji disini). Tugas kita itu hanya meminta sama Allah dan terus ikhtiar (nabung, cari-cari info, belajar). Saya doakan semoga Allah segera mengundang teman-teman yang membaca postingan ini ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Aamiin Yaa Rabbal Aalamin.

Masih ada informasi lain yang ingin kamu ketahui?

Drop di kolom comment ya. 🙂

 


Salam dari Kyoto,
Annisa & Andik

 

Sumber:

  1. https://www.detik.com/hikmah/haji-dan-umrah/d-6749375/biaya-haji-plus-dari-kemenag-dan-masa-tunggunya
  2. https://kumparan.com/berita-hari-ini/biaya-haji-furoda-2023-beserta-fasilitas-yang-didapatkan-20WplALyDaW/full
  3. https://dunia.tempo.co/read/1728244/wni-naik-haji-dari-jepang-tanpa-antre-dan-onh-rp120-juta

 

Read More

Europe Day!

What’s on May 9th?

It’s Europe Day!

13178848_10153783595043392_4780927395034823381_n

Eropa ternyata punya hari jadi juga loh!
Mengutip dari postingan bu Destriani Nugroho di grup fb Erasmus Indonesia :

” 9 May – diperingati sebagai awal Eropa bersatu dan disebut Hari Eropa.

Setiap tanggal 9 Mei masyarakat negara-negara anggota Uni Eropa (UE) merayakan Hari Eropa atau Schuman Day guna memperingati pembentukan organisasi Masyarakat Eropa yang didasarkan pada deklarasi yang disampaikan mantan Menlu Perancis Robert Schuman pada 9 Mei 1950.

Dalam deklarasi yang dibacakan dihadapan media di Paris, Menlu Schuman mengusulkan pembentukan lembaga supra nasional Eropa yang bertugas untuk melakukan pengelolaan batu bara dan baja bersama-sama dan mencegah berulangnya konflik antar negara… “

Untuk merayakan Europe Day ini, kedutaan Uni Eropa di Indonesia mengadakan rangkaian acara bertemakan Eropa selama bulan Mei, mulai dari formal Reception, EU Run (Lari berjamaah), hingga nonton film! Seru ya?

Nah, sebagai alumni dari beasiswa Uni Eropa, Erasmus Mundus, saya kecipratan rejeki untuk dapat undangan Reception Day. Ada kuota khusus yang diberikan untuk alumni Erasmus, alhamdulilah saya dapat jatah untuk bisa ikutan.
Berhubung ini acara spesial yg ada dihadiri tamu-tamu spesial juga, saya penasaran banget seperti apa sih Reception Day yang akan menyuguhi masakan Eropa untuk menu makan malam. Uuuu.. Gonna be awesome and yummy.
Senin (9 Mei) sekitar jam 6.30, saya pergi menuju hotel Dharmawangsa bersama Steven Cavéll, ‘spouse’ saya. Hah spouse?
Yup, jd kan kalau acara dinner formal satu undangan itu untuk dua orang, nah jadi para alumni Erasmus antar cewe dan cowo dipasang-pasangkan sebagai spouse, supaya dapat kuota dobel. Haha. Setelah diatur mbak Eva, ‘spouse’ saya itu Steven Cavéll, alumni Erasmus yang pernah studi di Portugal tahun 2013.
Setibanya di depan hotel Dharmawangsa (mobil Steven hanya dapat parkir di bahu jalan) saya kaget melihat ada tank militer besar yang markir tidak jauh dari mobil Steven. Buset, ampe pake tank segala ya. Mungkin isu national security yg belakangan ini lagi naik sejak terjadi kasus pemboman di beberapa negara di Eropa.
Syukurlah kami tiba tepat waktu di Lobby hotel. Disitu saya bertemu dengan teman-teman alumni Erasmus lainnya, dan berkenalan ulang takut pada lupa. Hehe.
Menurut undangan elektronik yang saya terima, dress code yang disarankan adalah formal attire atau batik. Untuk Reception day ini, saya mengenakan dress polos berwarna biru gelap mengkilap sampai bawah lutut, lalu mengenakan legging hitam dan sepatu balet warna biru donker. Warna baju saya pas banget ama warna Uni Eropa, Blue!

Mbak Eva langsung mengajak ke ruang utama.  Masuk ke dalam ruangan, sudah berdiri bapak Vincent Guerrend, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, dia menyalami semua tamu yang hadir termasuk saya. Halo pak Vincent! :p
Wow.. Ternyata acaranya berbentuk standing party. Dalam ruangan tersebut, berdiri ‘gubuk-gubuk’  makanan untuk makan malam para tamu. Ruangan sudah dipenuhi oleh para tamu undangan baik orang Indonesia maupun bule-bule yang di sinyalir mayoritas bule Eropa.
Erik teman saya menyikut lengan saya.
‘ter, ter, itu duta besar US untuk Indonesia! ‘ sambil nunjuk ke arah bapak bertubuh tinggi, kurus, dan berambut putih. Oh ternyata, tamunya ada yang dari kedutaan negara lain. Setelah saya google, nama beliau adalah Robert….
Karena acara belum resmi mulai, saya mampir ke satu booth yang ada bendera Biru-Kuning. Warna ini sudah engga asing banget buat saya, it’s a Viking country, Sweden!

My 2014 New Year’s Eve was in Malmo, Sweden. <3

Di booth Sweden, saya melihat aneka brosur serta baki besar berisi potongan-potongan roti yang diberi topping. Penjaga stand, laki-laki muda bule mempersilahkan untuk nyoba, ketika saya tanya ini namanya apa, mereka bingung sendiri, haha. Yaudah saya nyoba, hmmm.. akhirnya saya bisa mencicipi keju Eropa lagi (di rumah makannya selalu keju Kraft, hihi).

Nafsu makan saya tiba-tiba meningkat, memang waktunya makan malam sih, akhirnya saya melakukan ‘Tawaf” melihat gubuk-gubuk yang tersedia di dalam ruangan bareng beberapa teman Erasmus.

Saya pergi ke sudut ruangan yang semakin jauh dari pintu masuk, kemudian saya melihat beberapa gubuk yang menjajakan makanan mulai dari European food sampai Indonesian Food. Dari makanannya, kerasa banget kalau acara ini antara Eropa-Indonesia. Pilihan makanan saya jatuh pada Ravioli!

Ravioli ini semacam pasta, tapi mirip pangsit, jadi ada isinya. saya mengenal Ravioli justru dari Masterchef US, bukan pas jalan-jalan ke Italia, haha. Saya mengambil dua buah Ravioli isi bayam. Yummy, enaknya! Raviolinya diberi mayo, jadi gurih banget.

“Eh itu ada Prabowo!!” teriak salah satu teman saya. Mata saya langsung mencari-cari apa benar ada pak Prabowo. Eh ternyata benar! Pak Prabowo sedang duduk di roundtable putih untuk VIP, dan sedang ngobrol dengan sosok yang juga tidak asing lagi, Pak Hidayat Nur Wahid. Wuih, ternyata receptionnya juga ada pejabat-pejabat negara. Mbak Eva langsung berinisiatif untuk ngajak foto bareng Erasmus alumni. Pas mbak Eva mau nyamperin, seorang lelaki muda datang menyela, diduga ajudannya. Wuih, ternyata ajudan Pak Prabowo ada tiga orang!

Di sisi lain, pak Hidayat sepertinya tidak dikawal ajudan.

Ajudan itu ternyata meminta waktu 3 menit untuk foto bersama. Kami menunggu di dekat situ, dan akhirnya kami bisa foto bareng! Saya dan Erik mengenalkan diri sebagai mahasiswa IPB. Denger kata IPB, beliau langsung tertarik, “oh ini semua IPB?” Saya jawab, “engga bapak, hanya kami berdua saja..”.

13179383_10153761447123155_5039244232438755414_n

Tahun lalu, saya tidak sengaja ketemu Ex-Cawapres RI, Pak Hatta Rajasa di bandara Soetta, kami akan menaiki pesawat yang sama. Eh tahun ini, malah ketemu Ex-Capresnya. HIhihi. Mungkin berikutnya, saya akan ketemu pak Jokowi dan JK sepaket, entah dimana. Semoga saja ketemunya sambil bawa Ecofunopoly. 😀

Selesai berfoto, ternyata MC Reception memulai acara. Di tengah ruangan, ada panggung bernuansa biru yang akan digunakan untuk pembukaan. Acara dimulai dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya, dan dilanjutkan ke lagu Uni-Eropa, Ode to Joy. (kalau denger musiknya, pasti tau deh! Coba aja google :D).

Acara dilanjutkan dengan pembukaan oleh Menteri Perdagangan RI, Bapak Thomas Lembong. Before I met him in person, I didn’t know exactly who he is. I mean, what he has done, what is he doing now.

Menurut sumber terpercaya, beliau adalah orang yang super smart dan menguasai 8 bahasa asing. Saat beliau memulai speechnya, suddenly I remember Gita Wiryawan dan BJ Habibie. Cara ngomongnya mirip, suara berat dan very fluent in English. Wow. Kalau ngeliat beginian, orang Indonesia itu banyak yang keren dan luar biasa ya?

Acara pun resmi dibuka. Saat peresmian, si Erik Never Stop, temen gokil saja engga henti-hentinya bikin video  snapchat pake iPadnya di samping saya. Pas lagi recording, ternyata pak Prabowo berdiri di belakang kami!

It’s funny, kalau di Indonesia, mgkn pejabat berdiri di belakang rakyat jelata seperti kami, rasanya seperti tidak pantas. Tapi kalau event Eropa ini, sepertinya lebih terlihat ‘equal’. Malah, duta besar Uni Eropa untuk Indonesia berdiri juga di belakang, tanpa duduk di seat dan diperlakukan seperti raja. Standing party itu bebas banget!

Acara resmi dibuka, MC mempersilahkan kami untuk menyantap makan malam. Yak lanjooot!

Malam itu, saya bisa mencicipi makanan yang sehari-hari tidak pernah saya makan, di Indonesia, mana pernah saya makan European Food, paling banter Sosis Bratwurst Kanzler yang siap goreng, Haha. Saya mencicipi mulai dari Smoked Salmon yang super lezat, Bitterballen (Jerman), Frikadellen, Fish and Chips (Inggris), Paella Seafood (Spanyol), Churros (Spanyol), Herring cake (French), dan masih banyak lagi.

Namanya juga orang Indonesia, rasanya engga lengkap kalau belum makan nasi, akhirnya makan malam saya perpanjang ke Nasi Campur The Dharmawangsa! *Forget the calories please*

Sambil icip-icip makanan, tidak sengaja kami berdiri dekat pak Thomas Limbong. Si Steven ternyata mau foto bareng, saya ikutan juga untuk titip foto, karena hp saya mati total.

Colek dikit, beliau langsung memberikan senyuman maksimalnya, gile ya, muda banget ini orang, udah jd entrepreneur plus menteri pulak. He has a very excellent communication skills. Sepertinya dia terbiasa mixing bahasa saat bicara, jadi alhasil nyampur-nyampur gitu ngomongnya. Berhubung beliau menteri perdagangan, saya memanfaatkan momen untuk memberikan kartu nama saya.

Saya “Pak Thomas, sorry actually I’m nothing, but I’d like to give you this.. I run a small company, we sell environmental boardgame”

He received very carefully and said “Oh I’m sorry I forgot my namecard.. ”

I said it’s fine. At the end of conversation, he said “nice to meet you mbak Nisa..”

Wah, he mentioned my name! jarang-jarang loh pejabat bisa inget nama rakyat jelat yang aku mah apa atuh dalam waktu singkat hihi. Kesan pertama bertemu pak Tom ini menyenangkan!

13055531_10208127838747486_4022429144589684039_n

Ruangan semakin dipenuhi oleh tamu-tamu, sebagian menikmati makanan, sebagian lagi asik ngobrol, dan sebagian lagi asik berfoto ria. Para Erasmus alumni pun engga mau ketinggalan foto bareng. So honoured banget nih bisa diundang atas nama alumni beasiswa Erasmus! 😀

13164440_10153761441393155_2746395054004382578_n

Acara semakin malam, musik jedag jedug mulai diputar. Menurut undangan , memang tertulis ada acara dancing. Saya kira bakal ada dancing formal ala-ala kerajaan Eropa gitu, eh ternyata malah dugem, Haha.

Selagi orang asik joget, saya asik lihat-lihat booth.

berhubung hari sudah malam, saya pulang diantar Steven ke hotel tempat saya menginap.

It was a great night. I feel so proud for being an Erasmus alumni!

Selamat hari Eropa! Yuk bagi yang bermimpi sekolah ke Eropa, daftar yuk beasiswa Erasmus!

Jangan mulai dengan kata “tapi.. ” dulu, mulailah pelajari infonya disini dan jangan menyerah ya!

Salam,

@annisaa_potter

Read More