Haji Tanpa Antri dari Jepang : All the Things You Want to Know

Tahun 2023 menjadi salah satu tahun terindah di kehidupan keluarga kecil saya. Alhamdulillah, saya dan suami mendapat undangan dari Allah untuk menunaikan ibadah haji di tanah suci. Sebagai seorang muslim, ibadah haji adalah ibadah sakral yang butuh persiapan fisik, materi, mental dengan waktu yang tidak sedikit. Belum lagi, tantangan terbesar dari berhaji bagi masyarakat kelas menengah ke bawah adalah menunggu giliran untuk berangkat ke tanah suci. Negara mayoritas muslim seperti Indonesia punya masa tunggu yang sangat lamaaa untuk berhaji dengan program reguler yang dikelola pemerintah. Teman saya yang baru mendaftar haji tahun 2022 lalu, dia sebutkan estimasi masa tunggu-nya kurang lebih 30 tahun. Artinya, jika saat ini umur kita 34 tahun, berarti kita akan pergi umur 64 tahun. Usia yang tidak muda, dan hanya Allah yang tahu umur kita di dunia ini sampai kapan, mungkin saja teman saya bisa berangkat lebih cepat. Itu kenapa banyak dari kita yang terus berdoa dan ikhtiar agar bisa diberi jalan supaya bisa segera berangkat selagi muda dan sehat secara fisik. 

Ada jalan lain yang dapat ditempuh untuk bisa mengurangi masa tunggu, yaitu dengan ikut program Haji Khusus atau Haji Furoda. Secara biaya, ongkos haji jalur ini pun tidak sedikit. Haji Khusus tahun 2023 mematok biaya Rp 120 juta dengan masa tunggu 5-9 tahun [1], sedangkan Haji Furoda tahun 2023 mematok biaya kisaran Rp 360 juta – Rp 745 juta [2]. Waktu saya masih di Indonesia, saya hanya bisa terbayang berangkat haji via jalur reguler. Waktu mulai membuka rekening Haji, target saya saat itu bisa memenuhi Rp 25 juta untuk bisa daftar Haji reguler. Belum terpikir ambil haji khusus. Mindset saya seketika berubah ketika tahu berhaji dari luar negeri bisa mengurangi kekhawatiran masa tunggu berhaji. Kita bisa langsung berangkat ke tanah suci di tahun kita mendaftar. Saudara saya sempat berhaji saat menempuh S3 di Jepang, tanpa antri. Teman saya yang ikut suami nya ke Belgia bisa berhaji tanpa antri dengan biaya yang sedikit lebih murah dari Haji Khusus. Disitulah saya punya niat, kalau diberi rezeki buat sekolah lagi, saya mau berhaji.  

 

Privilege pelajar / pekerja muslim di negara minoritas muslim

Tahun 2019, Allah mengabulkan mimpi saya untuk sekolah lagi. Saya diterima sebagai mahasiswa S3 di Kyoto University Jepang dengan beasiswa MEXT. Saat menerima letter of acceptance, disitulah terbesit lagi dalam hati “Bismillah, Haji ya”. Selama proses daftar S3 dan beasiswa, jujur niat utama saya itu biar bisa berhaji, hehehe. Mertua juga pas tau saya lolos S3, respon pertama nya “alhamdulillah, berarti bisa berangkat haji ya”. Eh, malah bukan bahas studinya, wkwk. Seketika, saya mengantongi privilege untuk berhaji dari luar negeri karena Jepang adalah negara minoritas muslim yang sudah ada track record WNI yang berhaji dari Jepang. Dari situ, saya mulai gali-gali informasi di internet tentang berhaji dari Jepang. Sayangnya, tidak banyak info yang up-to-date tentang berhaji dari Jepang. (Inilah kenapa saya membuat postingan tentang Haji di blog, karena mungkin akan ada yang butuh infonya). Saya berangkat ke Jepang tahun 2020, saat COVID-19 berada di status darurat tertinggi. Haji pun terdampak dengan menurunnya jumlah jamaah dan penundaan keberangkatan. Saya sempat was-was juga, takut gak bisa berangkat selama saya studi di Jepang. 

 

Bukti Tinggal di Jepang : Syarat Wajib Calon Jamaah Haji Jepang

Syarat wajib berhaji dari Jepang bagi WNI itu harus memiliki visa tinggal dalam bentuk residence card (bahasa Jepang: Zairyu Card) dan sudah tinggal di Jepang selama 6 bulan. Sumber lain mengatakan kita harus tinggal di Jepang minimal 1 tahun [3].  Studi saya memakan waktu minimal 3 tahun, artinya saya punya kesempatan untuk daftar haji di tahun kedua atau tahun ketiga. Tahun kedua, saya urungkan niat berhaji, karena tabungan nya belum cukup dan suami belum genap setahun tinggal di Jepang. 

 

Q : Apa visa turis bisa digunakan untuk haji dari Jepang?

A : Tidak, hanya WNI yang memiliki visa long term stay (studi, kerja, bisnis, dll) yang bisa mendaftar haji

 

Masuk tahun ketiga di Jepang, saya semakin agresif cari-cari info haji dari Jepang. Saya sudah kontak beberapa agen travel yang saya temukan di Facebook dan baca beberapa testimoni dari jamaah haji tahun-tahun sebelumnya. Satu agen travel balas chat saya, katanya mereka belum ada info resmi terkait Haji 2023. Saya sempat gusar karena sudah H-3 bulan dari musim Haji, infonya kok belum keluar. Beberapa minggu sebelum bulan Ramadhan, suami dapat info webinar tentang berhaji dari Jepang. Saya langsung ikutan untuk cari pendaftaran haji. Salah satu narsum menyebutkan bahwa agen travel haji akan mengumumkan pendaftaran saat bulan Ramadhan. Saat itu juga, banyak yang bertanya-tanya berapa ongkos haji tahun 2023. Karena info yang beredar, ongkos haji akan naik dari tahun sebelumnya. Beliau menjawab estimasi ongkos haji akan berada di kisaran 1 juta yen. Ya Allah, 1 juta yen, kalau dikali dua, jadi 2 juta yen. 

 

Agen Travel Jepang & Ongkos Haji 2023

Selama bulan puasa, saya cek berkala website haji, forum muslim di Facebook, dan akun sosmed agen travel. Kok gak muncul ya? Apa tidak ada bukaan haji? Saya makin cemas. Masuk di hari Lebaran, suami nemu poster penawaran Haji 2023 dari HIS Travel. Sesuai prediksi narsum webinar, HIS Travel mematok biaya 1,060,000 yen. Meski angka nya bikin terkejut, saya lega akhirnya  pendaftaran haji dibuka. Selang beberapa waktu, suami nemu poster dari Mian Travel yang mematok biaya 980,000 yen. HIS Travel dan Mian Travel adalah dua travel agent yang cukup dikenal baik reputasi nya. Sebenarnya ada beberapa agen lain, tapi saya menemukan cerita yang kurang enak didengar dari jamaah sebelumnya, sehingga saya tidak akan bahas disini.

 

Ongkos Haji dari Jepang tahun 2023

Mian Travel : 980,000 yen (sekitar 110 juta rupiah)

HIS Travel : 1,060,000 yen (sekitar 117 juta rupiah)

 

HIS Travel (his-j.com)

 

Mian Travel (miantravel.com)

Sebelum saya membandingkan angkanya, saya pastikan dulu apakah paket haji ini sudah apple-to-apple: apakah harga tersebut sudah menutupi semua komponen utama berhaji? Secara umum, biaya haji dari Jepang sudah mencakup komponen penting seperti tiket pesawat, hotel, akomodasi di Armuzna, asuransi, dan konsumsi. Setelah saya cek inclusion dan exclusion-nya, ada beberapa perbedaan. HIS Travel tidak meng-cover biaya airport tax (kisaran di angka 18,000 yen) dan biaya Qurban (sekitar USD 300), sedangkan Mian Travel meng-cover dua komponen tersebut. Bisa disimpulkan, Mian Travel lebih affordable dibanding HIS Travel. Terkait dengan pelayanan, saya coba cari-cari info dengan bertanya ke jamaah sebelumnya. Konon, pelayanan HIS sangat baik dan Mian cukup baik. Saya sendiri kurang paham definisi ‘baik’ itu seperti apa. Saya lihat tidak ada testimoni yang bikin kedua agen itu red flag. Waktu itu concern saya ama suami lebih ke pemilihan airlines-nya, apakah sesuai dengan maskapai yang tercantum di poster. Kami ngarepnya bisa pergi dengan Emirates, Qatar atau Singapore Airlines, Hehehe. Gak begitu mikirin pelayanan di Arab Saudi-nya (padahal ini penting banget lo). Kami memutuskan pakai Mian Travel karena alasan harga yang paling affordable dibanding agen lain. 

 

Daftar Haji : H-1.5 bulan

Daftar Haji dari Jepang itu simpel banget. Setelah dapat poster, saya langsung kirim email, telepon dan kirim WA ke Mian Travel. Kumplit bgt haha. Awalnya masih tanya-tanya dulu, apakah masih ada slot dan info detail pendaftaran. Mian Travel merespon saya dengan baik. Mereka menjawab slot haji tahun ini masih buka. Ada kisaran 10 slot pendaftaran lagi. Waduh dikit juga ya. Apa saya tergolong terlambat ya daftarnya? Saya sendiri ga ngerti tahu berapa total kuota haji dari Jepang. Melalui email, mereka meminta copy paspor dan residence card sebagai dokumen awal. Setelah saya kirim dokumen nya (termasuk punya suami), mereka meminta down payment sebesar 200,000 yen per orang yang harus segera dibayarkan. 

Sebelum transfer DP, saya minta konfirmasi lagi ke suami, supaya lebih yakin. Apapun yang terjadi nantinya, kita pasrahin aja. 

 

Saya : “Bismillah ya? Kita berangkat ya tahun ini?”

Suami : “Iya, InshaAllah lancar, Bismillah..”

 

Setelah transfer DP, entah ada rasa yang gak bisa digambarkan dengan kata-kata. Padahal transfer DP itu belum menjamin kita bisa berangkat ke tanah suci. Tapi, rasanya ada sense of accomplishment aja gitu, one step closer 🙂 Saat transfer DP, ternyata sudah H-1.5 bulan. Di Indonesia, mana bisa ya daftar haji mepet begini. Haha.

 

Izin Haji ke Supervisor / Pimpinan Perusahaan 

Haji bukan perjalanan yang sebentar, sedangkan kita sendiri memegang kewajiban studi/kerja selama di Jepang. Syarat berangkat haji sendiri kita harus lepas dengan ‘hutang’. Tidak hanya hutang materi, tetapi juga hutang dari kewajiban kita. Jangan sampai kita pergi dengan membuat pekerjaan terbengkalai. Untuk mahasiswa, tanggung jawab saya ya menyelesaikan studi saya, supervisor-lah yang menjadi orang yang harus tahu dan memberi izin. Setiap supervisor punya rules yang beda-beda ke murid nya. Supervisor saya sangat toleran untuk hal-hal personal. Lab saya sendiri tidak mewajibkan hadir di kampus setiap hari dan kita bisa ambil liburan kapan aja dan engga harus selalu izin. Namun, saya pikir perjalanan  haji ada resiko-nya sehingga penting untuk mengabari. Graduate school saya sendiri mewajibkan untuk submit travel notice dan travel insurance setiap mau pergi keluar negeri. Tujuannya supaya mereka bisa nge-track siapa yang lagi di luar negeri dan kapan akan kembali ke Jepang.

Saya sempat menyinggung soal rencana haji jauh sebelum saya daftar, Supervisor sempet beropini untuk lebih nunda rencana haji dan fokus beresin riset, tapi dia kembalikan ke saya. Saya udah gede dan sudah paham segala konsekuensi yang harus ditanggung. Meski supervisor saya non-muslim, dia paham seberapa sakral nya kewajiban haji buat muslim. Setelah saya bayar DP, saya temui lagi dan bilang kalau saya akan berangkat haji dan saya nanggung resiko untuk extend studi saya sampai semester depan. Dia menghargai keputusan saya dan kita atur kembali study plan-nya. It’s all set. 

 

Dokumen Wajib untuk Mendapat Visa Haji

 

Mengacu dari Mian Travel, Ini adalah dokumen yang dibutuhkan untuk Hajj Visa 2023. Dokumen dibawah ini WAJIB dipenuhi. Untuk WNI yang menikah dengan non-Japanese, cukup penuhi poin 1 sampai 7. 

  1. A completely filled out Visa Application form.

  2. Passport and Japanese residence card validity must be more than 6 Month from your date of arrival in Saudi Arabia with 2 blank pages in your passport.

  3. Recent passport photographs 4cm x 5cm size with white background. The face must cover. At least 70 to 80% of the space. Please remove your Glasses.

  4. Vaccination certificate against meningitis, Health certificate, Vaccination Seasonal influenza Original

  5. Corona Vaccine Certificate.

  6. Letter of Employment from your company if you are student in Japan from your university. Student Enrolment Certificate Must be in English.

  7. Marriage certificate for the couples in English if traveling with wife or family. Must be attested by your Embassy in Japan. (Original and photo copy at A4 size Page) for more information please call us.

  8. If you’re married with Japanese original Koseki Tohon. With English translate must be attested by Ministry of Foreign Affairs Japan. For more information please call us.

  9. Conversation certificate for Japanese Muslims Must be in English (Original & copy).

  10. If Embassy ask and required finger printer for Visa you must be come Tokyo for finger print at Saudi Visa Center at Tamachi Station by Keihan Tohoku Line.

Dan, dokumen-dokumen di atas inilah yang menjadi ujian pertama saya dalam berhaji. 

 

‘Ujian’ sebelum berangkat Haji

Ujian terbesar saya dan suami sudah muncul sejak penyelesaian administrasi haji. Mungkin ini juga kesalahan saya karena sempat menunda pengiriman dokumen. Saya terlalu fokus sama kerjaan kampus dan beresin paper sedangkan suami juga sibuk part time job. Ga kerasa tiba-tiba udah masuk ke batas deadline (15 Mei), saya gak sadar kalau ada beberapa persyaratan yang kurang dan tidak memenuhi aturan. Saya telepon Mian Travel untuk request tambahan hari. Saat itu, brother Mian (Direktur Mian Travel-ya, itu nama owner-nya) angkat telepon saya. Tanpa neko-neko, dia secara tegas bilang kalau saya harus kirim semua dokumen lengkap ke kantornya di Tokyo paling lambat besok sore, gimana pun caranya. Tetiba saya panik. Saya belum ada Health Certificate, Meningitis & Influenza Vaccine Certificate dan Pas Photo. Mian Travel pernah ngirim rekomendasi klinik untuk vaksin di Osaka dan Tokyo. Saya coba hubungi klinik Osaka dahulu yang dibantu teman lab saya untuk reservasi. Osaka lebih dekat dari Kyoto. Setelah dia telepon, dia ragu karena klinik seperti gak familiar dengan vaksin Haji untuk keperluan Haji. Form vaksin dan health certificate nya sendiri disediakan dari kedutaan Saudi (dalam bahasa Arab dan Inggris). Saya jadi ikutan ragu. Suami saya juga coba browsing cari klinik di Kyoto yang nerima vaksin Meningitis dan Influenza. Ketemu-lah klinik bernama Sakabe Clinic. Suami saya telepon, katanya mereka bisa nerima vaksin Meningitis dan Influenza. Selesai lab meeting, kami berdua langsung berangkat ke klinik untuk vaksin.

 

Drama Vaksin

Ujian kami belum selesai, ternyata klinik cuma punya stok vaksin untuk satu orang. Mereka bisa re-stock tapi butuh 2-3 hari. Oh my, I don’t have time to wait. Alhasil, saya nimbang-nimbang sama suami.

Saya: “yaudah, mas andik aja yang divaksin duluan, aku pergi ke Tokyo besok, vaksin disana sambil anter dokumen langsung ke kantor Mian”

Suami hening, tapi kita gak ada pilihan lain. Akhirnya suami divaksin di Sakabe Clinic dan dokter ngisi form yang kita kasih. Alhamdulilah, Sakabe sensei baik banget. Sebelum di-vaksin, dia bilang “vaksin ini gak ditanggung asuransi, gak papa? Karena harganya lumayan mahal”. Kami jawab gak papa. Untuk bisa haji, we will do whatever it takes. 

 

Q : Berapa biaya vaksin Meningitis dan Influenza dan perilisan Health Certificate di Jepang?

A : 33,000 yen (sekitar 3,7 juta rupiah)

 

Drama ‘Pas Foto’

Jam 9 malam, kami nerima health certificate dan form vaksin yang sudah diisi dokter, kami lanjut ke Photo Box untuk bikin foto visa. Di persyaratan, tertulis wajah harus meng-cover 70-80% frame foto. Saya sendiri belum pernah pakai photo box di Jepang, entah mereka punya settingan nya atau engga. Kami pun diuji lagi di photo box dekat kampus. Anehnya tidak ada ada pilihan foto visa yang sesuai persyaratan, belum lagi background foto yang gak bisa diubah ke warna putih. Mana harga sekali fotonya mahal banget lagi, kami harus retake ulang. Daaaaaan, saat pas foto-nya dibawa ke kantor Mian, mereka langsung reject foto nya karena tidak cover 70-80%, alhasil saya dan suami harus foto ulang di studio foto, gak boleh di photo box. Ya Allah.. sedih. FYI, Buat Pas Foto di Studio Foto biayanya 4,000 yen per orang (untuk empat lembar foto tanpa dikasi master file-nya). Okay, yang ikhlas ya Annisa… (:

Malam itu, saya baru bisa tidur jam 2 pagi, karena beres foto-foto, saya harus print-print dokumen dulu, baru bisa pulang ke apato. Keesokan harinya, sebelum pergi ke Tokyo, saya ketemu dua dokter yang sudah saya buat reservasi jauh hari. Kala itu, saya sedang treatment promil dan saya gak mau cancel treatment nya. Alhasil saya jabanin semua dalam satu hari. Habis ketemu dua dokter, saya langsung berangkat ke Kyoto Stasiun untuk naik Shinkansen ke Tokyo. Setiba di Tokyo, saya langsung lari ke Shinagawa East Clinic untuk suntik vaksin Meningitis dan Influenza. Alhamdulilah, saya bersyukur banget, timing nya pas. Saya terima dokumen vaksin jam 5 sore, lalu saya langsung pergi ke kantor Mian untuk serahkan semua dokumen. 

 

Ujian kami (masih) belum selesai : Akta Nikah

Setiba di kantor Mian, saya serahkan semua dokumen, berharap semua di-approve oleh staf Mian Travel. Ternyata ada satu dokumen lagi yang tidak memenuhi syarat: dokumen nikah atau marriage certificate. Visa Haji mensyaratkan akta nikah yang di-attested oleh embassy Indonesia (diberi stamp bahwa kita resmi pasangan menikah di Jepang). Dokumen yang saya bawa itu copy akta nikah yang dilegalisir KUA. Seketika, dokumen nya kena reject. Saya disuruh pergi ke kantor embassy Indonesia untuk meminta stempel di akta nikah. Saya kira semua urusan bisa selesai satu hari karena saya harus pulang untuk beresin paper. Qadarullah, saya harus stay di Tokyo untuk ngurus akta nikah. Alhamdulilah, saya dapat tumpangan menginap di apato kak Putri, teman S2 di IPB yang sekarang tinggal di Saitama (Arigatou kak Putri!). Keesokannya, saya pergi ke embassy Indonesia di Shinjuku untuk meminta stempel. Staf embassy bilang prosedur standar untuk pengesahan akta nikah perlu waktu beberapa hari, tapi karena saya datang dari jauh dan sedang emergency saya diberi keringanan. Alhamdulilah (teman-teman, kalau mau berangkat haji, cepet urus legalisasi akta nikah di embassy ya, jangan contoh saya). Beres dari embassy, saya balik ke kantor Mian lagi untuk serahin akta nikah sekaligus kasih bukti pelunasan haji. Alhamdulilah, semua dokumen diterima. Saya bisa pulang ke Kyoto dengan lega, meski lelah banget. Semoga teman-teman bisa ngambil pelajaran dari kejadian saya ya. 

 

Berapa lama berhaji dari Jepang?

Berhaji dari luar negeri biasanya memakan waktu lebih pendek dari haji reguler Indonesia. Haji reguler umumnya memakan waktu 40 hari, sedangkan berhaji dari Jepang memakan waktu 20-25 hari. Waktu haji yang pendek ini juga ideal karena sebagian jamaah tidak bisa meninggalkan pekerjaan lama-lama. Untuk sebagian mahasiswa S3 jalur research, waktu berhaji bisa lebih fleksibel, but not for others, especially workers. Mian Travel menawarkan 20 hari (termasuk hari berangkat dan pulang), berangkat dari Jepang tanggal 18 Juni 2023 lalu tiba di Jepang tanggal 7 Juli 2023. Jamaah Mian Travel terbang dengan maskapai Emirates Airlines Economy Class. Kota yang dikunjungi pada umumnya sama dengan program Haji lainnya yaitu Mekkah dan Madinah. Menurut saya, berhaji selama 20 hari sudah cukup ideal secara waktu. Meski tentunya, banyak jamaah berharap bisa stay lebih lama supaya bisa lebih banyak ibadah dan memohon doa. InshaAllah, saya percaya suatu saat nanti Allah kelak akan kasih kesempatan saya untuk balik lagi ke tanah suci. (Jadi punya cita-cita umroh setahun sekali, hihi, aaamiiin).

Itinerary Haji dari Jepang

Selama 20 hari, ini itinerary perjalanan yang saya dapatkan.

18 Juni : (Malam) Terbang dari Narita Airport

19 Juni : (Pagi) Tiba di Jeddah Airport, (Siang) Perjalanan ke Hotel, Istirahat, (Sore-Malam) Umroh Wajib 

20 Juni : Sightseeing Mekkah (Jabal Rahmah, Jabal Tsur, Museum Wahyu)

21 Juni : Free Time (biasanya diisi dengan ibadah, belanja, istirahat)

22 Juni : Free Time

23 Juni : Free Time

24 Juni : Free Time

25 Juni : (Malam) Berangkat ke Mina 

26 Juni : (All Day) Stay di Mina

27 Juni : (Pagi sampai Magrib) Arafat, (Malam) berangkat ke Muzdalifah dan Bermalam 

28 Juni :(Pagi) Kembali ke Tenda Mina & Lempar Jumrah Pertama

29 Juni : (Dini Hari) Berangkat ke Masjidil Haram, Tawaf Ifadah, Sa’i, Tahalul Awal, (Siang) Istirahat di Hotel, (Sore) Berangkat ke Jamarat, Lempar Jumrah Kedua, (Malam) Kembali ke Tenda Mina

30 Juni : (Siang) Lempar Jumrah Ketiga, Tahalul Akhir, Kembali ke Hotel di Mekkah

1 Juli : (Subuh) Tawaf Wada, Free Time di Mekkah

2 Juli : (Sore) Berangkat ke Madinah dengan Bus, (Malam) Tiba di Madinah

3 Juli : Free Time, (Malam) Mengunjungi Raudah (Online Booking via Nusuk App)

4 Juli : Sightseeing Tour Madinah

5 Juli : Free Time 

6 Juli : (Sore) Terbang dari Madinah Airport

7 Juli : (Sore) Tiba di Narita Airport

 

Kesan Menjadi Jamaah Haji dari Jepang + Memakai Mian Travel

“Semua orang ketika berhaji atau umroh, mereka kembali dengan cerita bahwa mereka orang yang paling beruntung, artinya Allah atur supaya ada yang bisa ini, ada yang bisa itu. Agar ketika pulang nanti orang punya kisah yang menarik”   –  Habib  Husein Jafar

Kata pertama: Luar biasa. 

Kata kedua : beruntung.

Alhamdulilah, belajar banyak banget dari perjalanan Haji ini, dari teman-teman satu grup, dari orang-orang yang saya temui. Di grup kami, jamaah datang dari berbagai nationality: Indonesia, Pakistan, Mesir, India, Jepang, dll. Ada rasa gak percaya ketika bisa melihat Ka’bah lagi, apalagi pas dengar suara azan lagi. Hati langsung nyesss. Di grup saya, saya takjub ternyata jamaah haji yang asli orang Jepang itu lumayan banyak. Mereka kelihatan devoted sekali mengikuti setiap rangkaian haji. Terlebih lagi, suhu rata-rata mencapai 45 derajat celcius, panas nya luar biasa, benar-benar menguji iman kita. Sebagai orang Islam dari lahir, saya malu melihat betapa tekun nya orang Jepang belajar tentang Islam. Iman saya yang masih kembang kempis, masih kurang ibadah, masih banyak bikin dosa emang perlu disentil. 🙂 Semoga perjalanan Haji ini menjadi alarm yang terus menempel di kepala saya, biar saya jadi orang yang bener 🙂 

Ujian kami para jamaah haji tahun 2023 juga terkait dengan suhu yang ekstrim. Hampir semua jamaah di grup kami dalam kondisi tidak sehat. Ada yang sakit tenggorokan, batuk-batuk, flu, demam, hingga heat stroke. Saya sendiri tidak kuat sama udara panas yang ekstrim. Saya banyak-banyak doa semoga Allah kasih rasa dingin dari dalam tubuh saya dan saya tetap mampu melaksanakan rukun haji dengan khusyuk.

Terkait dengan pelayanan Mian Travel, saya harus bilang ada plus dan minus-nya. Minus-nya tidak sampai red flag kok. Alhamdulilah, travel nya cukup amanah, meski ada beberapa fasilitas dan informasi yang dirasa kurang memenuhi standar atau ekspektasi. Tapi, saya tetap bersyukur dengan fasilitas yang diterima. Bila dibandingkan dengan jamaah haji Indonesia, grup kami tergolong grup yang amat sangat beruntung. Alhamdulilah, kami tidak terlantar untuk urusan akomodasi, mendapat konsumsi yang lebih dari cukup, dan yang terpenting.. Timing setiap rukun haji yang dilakukan alhamdulilah banget berada dalam waktu yang sangat tepat. Meski kami tidak diberi itinerary tertulis untuk rangkaian haji (mungkin tidak dikasih, karena schedule haji setiap hari nya bener-bener unpredictable), saya tetap acungin jempol ke Mian Travel untuk pengaturan waktu saat menunaikan rukun Haji, sepertinya brother Mian sudah sangat berpengalaman dalam memilah kapan rush hour di setiap spot dan kapan waktu terbaik untuk pergi dan pulang. Kami beruntung banget bisa lempar jumrah pertama dalam kondisi yang cukup sepi, kami juga bisa meninggalkan Muzdalifah di pagi hari (sedih banget baca berita jamaah Indonesia terlantar di Muzdalifah sampai siang terik), dan ritual lainnya yang bisa dilakukan di waktu yang tidak begitu padat. 

 

Berapa biaya akhir yang dihabiskan untuk haji dari Jepang?

Total biaya yang kami keluarkan untuk dua orang itu sekitar 2,2 juta yen.

Rincian kasar (dalam yen):

Ongkos Haji : 1,980,000

Uang saku : 72,000

Vaksin, Administrasi dan Transportasi di Jepang : 130,000 

Dengan ongkos di atas, saya bisa mendapatkan fasilitas haji yang (hampir) setara dengan Haji Furoda Indonesia seharga 360-400 juta rupiah dan berangkat tanpa antri (daftar dan berangkat di tahun yang sama). Dari sisi cost-wise, haji dari Jepang is a good deal karena kita seperti membayar 30% saja dari ongkos Furoda tetapi bisa dapat kesempatan yang sama. 

Semoga ilustrasi Haji dari Jepang di atas bisa membantu teman-teman untuk mendapat gambaran jika nantinya mau berhaji dari Jepang. Semua yang saya tulis berdasarkan pengalaman pribadi, tentunya bisa berbeda yang lain. Kita hanya bisa berniat, berencana dan mengatur strategi, tapi tentunya hanya Allah-lah yang menentukan siapa yang akan menjadi tamu-Nya, terlepas dari kemampuan materi yang cukup atau tidak. InshaAllah, Allah akan memampukan hamba-nya yang siap menunaikan ibadah haji (baca cerita saya tentang hikmah haji disini). Tugas kita itu hanya meminta sama Allah dan terus ikhtiar (nabung, cari-cari info, belajar). Saya doakan semoga Allah segera mengundang teman-teman yang membaca postingan ini ke tanah suci untuk menunaikan ibadah haji. Aamiin Yaa Rabbal Aalamin.

Masih ada informasi lain yang ingin kamu ketahui?

Drop di kolom comment ya. 🙂

 


Salam dari Kyoto,
Annisa & Andik

 

Sumber:

  1. https://www.detik.com/hikmah/haji-dan-umrah/d-6749375/biaya-haji-plus-dari-kemenag-dan-masa-tunggunya
  2. https://kumparan.com/berita-hari-ini/biaya-haji-furoda-2023-beserta-fasilitas-yang-didapatkan-20WplALyDaW/full
  3. https://dunia.tempo.co/read/1728244/wni-naik-haji-dari-jepang-tanpa-antre-dan-onh-rp120-juta

 

Read More

Nice to meet you, COVID-19

After 2.5 years of living around COVID-19, I finally lost my COVID virginity.

Hi, it’s me. I am the problem, it’s me.

Gue sering banget heran, badan gue yang ringkih ini gak masih belum juga terserang COVID. I am not physically fit, olahraga masih uring-uringan, makan juga hajar-hajar aja. Orang modelan kayak gue emang gampang kena penyakit. Ditambah pula, alergi, nyeri, sakit yang sudah mengeram di badan gue bertahun-tahun. It’s hard to say that I am healthy for my age. Tapi acceptance level gue sudah membaik, I embrace this condition, I can’t be as fit as others who can do lots of things at once. That was me in early 20s, but not now.

Enam hari lalu, gue nerima hasil kalau gue positif COVID-19, basi banget sih sebenarnya kena covid jaman sekarang haha. Udah gak begitu berasa menyeramkan kalo denger orang kena COVID, beda banget sama 2 tahun lalu.

Okay, let me explain what happened chronologically.

Last week, on Saturday, my friends and I had dinner at my place. Makan-makan ini sekalian bentuk syukuran atas selesainya interim presentation (yang sebenarnya bukan akhir juga, as Dark said every ending is just the beginning), so why not kita makan-makan sambil melepas penat dari rutinitas kerjaan yang numpuk terus.

Dua hari setelahnya, satu teman kami yang ikut di acara dinner nge-chat kalau dia positif COVID-19. Kabar ini mengundang rasa penasaran yang lain, dan akhirnya satu per satu tes. Sebagian besar positif, hanya beberapa yang negative. Gue baru tes hari selasa siang, karena sebelumnya gue lagi nyeri datang bulan parah. Boro-boro mikirin COVID, sakit datang bulan itu lebih mengerikan buat gue. Waktu gue tes COVID di klinik Hyakumanben (it’s free), gue gak ngerasa ada gejala apa-apa, saat itu badan gue lemes, dan kalo lagi haid, badan lemes itu biasa. Gue sendiri gak bisa bedain. Hasil tes baru keluar 1-3 harian. Beres tes, gue pergi ke lab sebentar buat ambil charger laptop (kemungkinan gue isoman beberapa hari di apato). Gue balik menjelang magrib, dan tiba-tiba badan gue anget, pas gue cek suhu.. eh? 39,3o!

Disitulah, gue merasa gue positif tanpa harus nunggu hasil keluar. Malam itu gue langsung tidur. Konon, hari dimana kita mulai ngerasain gejala itu disebut Day 0.

Besok nya (Day 1), demam gue hilang, sekarang gue pilek berat dan pusing. Lagi-lagi, gejala ini juga gak asing, kalo gue kecapean atau lagi haid, gue biasanya pilek berat dan pusing. Gejala COVID mirip banget sama gejala kalo gue nge-drop.

Gue tiba-tiba kepikiran sama hasil tes PCR yang belum masuk-masuk ke email gue, akhirnya gue coba rapid test pake kit yang sempet gue beli.
Jeng.. jeng… dua strip, alias positif haha.
Gue info ke temen-temen gue, gue official gabung ke cluster Ladies Night. Selang beberapa jam kemudian, tes PCR dari Hyakumanben keluar juga. Yes, positif.

Gue kena COVID-19.

Adek gue yg udah dua kali kena langsung nyuruh beli obat ini itu, vitamin ini itu. Gue sendiri gak ada ransum yang ready. Masak pas sehat aja males, gimana masak kalo lagi sakit begini. Alhamdulilah ada beberapa teman-teman yang mau bantu beliin dan anterin makanan dan obat (Terharu banget).

Selama beberapa hari ke depan, gue fokus untuk tidur, makan, minum obat, dan minum air yang banyak.

Day-2 : lebih parah, gue mulai batuk yang bikin perih dada. Sakit banget ampe keluar air mata. Gue juga mendadak mellow, karena Cuma sendirian di apato. Radang tenggorokan gue kumat, tapi masih bisa makan. I think that day was the worst sih, bahkan mau nyambi nonton film aja gak kuat, soalnya bosen kalo tidur bengong terus.

Day-3 : kepala pusing, masih batuk, tapi gak se-nyeri kemarin. Radang nya makin kumat, kadang-kadang sakit tiap nelan. Gue banyakin minum anget. Hari ini mulai bisa nyambi nonton Badminton. Mungkin gue kena efek obat, gue gampang ngantukan, jadi sering ketiduran. Selain ketiduran gue gampang banget laper.

Gejala yang gak gue alamin so far itu ilang penciuman dan perasa, justru gue laper mulu, hehe.

Day-4 : Kepala masih agak keliyengan, radang tenggorokan juga masih berasa. One thing for sure, badan gue lebih enakan dibanding day-2. (See? Only compare yourself with your past-self). Gue masih ngantukan, gara-gara ini, gue telat makan. Untung ada roti to the rescue. Siangnya, gue mutusin buat mandi keramas ofuro pake air anget. Maknyes, enak banget. Cuaca dingin, badan lemah, obatnya paling enak ya dicemplungin ke air anget. The amount of guilt inside me udah menumpuk, akhirnya gue coba buka laptop, beresin kerjaan yang ringan-ringan dulu. Malamnya, tenggorokan gue masih kerasa nyeri. Oh ya, gue nerima paket sembako dari KJRI Osaka (Terima kasih ya), mayan ada madu nya, pas banget stok madu gue abis.

Day-5 : Hari dimana gue nulis postingan ini. Ini macam anxiety feeling setelah berhari-hari gabut, gue selalu cari pelampiasan, sebelum gue memulai deep work. Bangun tidur, tenggorokan gue masih agak sakit, tapi perlahan sakit nya ilang, kayanya bakal ilang muncul gini deh. Hari ini hari Minggu. Gue tersadar lima hari sudah gue tidak meninggalkan apato ini. Bahkan sekalipun ke supermarket sebelah. Kayanya sore ini gue mau ke supermarket sambil jalan-jalan ringan.

Berkawan dengan COVID-19 di penghujung tahun 2022 ini cukup mengagetkan buat gue. Karena gue dikelilingi oleh narasi COVID sudah usai, eh ternyata engga. These pricks are still around us  Gue sebenarnya berterima kasih banget juga sih, karena COVID ngajak kenalan nya setelah gue beresin salah satu fase krusial studi gue, or lebih ke fase formalitas yang harus gue lewatin. Dan omongan itu emang doa ya, entah gue kualat apa gimana. Gue sempat ngomong di lab, setelah minggu ini selesai, gue mau istirahat seminggu. I honestly didn’t mean it, I was exaggerating. Maksudnya beres dua presentasi, gue mau lebih rileks, but I still have plenty of work to do, but it turned out that COVID forced me to rest. 

Anyway, I am doing okay now. Maybe tomorrow I’ll do the rapid test and hope for a negative result. Humans sometimes forget that life is 99.8% uncertain. I could plan everything I want, I wish, I like, but I shouldn’t be too much certain about all the things.

Just accept what comes to you, because my heart is at ease knowing what was meant for me will never pass me, what misses me will never mean for me!

Read More

Introducing Our Beloved Cats

Happy new year!

Apa kabar semua? Some of you might think this blog is dead. It’s crazy that throughout 2021, I only wrote 2 posts! :O

Gue akui gue sedang dalam fase ‘payah sekali’ dalam menulis blog, lebih tepat nya tidak ada waktu khusus yang bisa membuat gue bisa nulis dengan nyaman.

Semenjak pandemi mulai, kemudian mulai PhD di Kyoto, segala atensi beralih ke segudang hal yang harus dikerjakan dan itu membuat waktu menulis terpinggirkan. Hiks hiks.

We all experience this moment, right? Everything come at once, and you have to let go on something.

It’s funny that I didn’t write any new year resolutions karena sepertinya gue gak bisa keep up with segala resolusi yang gue buat.

Setelah mulai PhD, gue merasa unit waktu gue sangat berubah, gue seperti terjun ke dalam satu black hole yang bikin gue terjerembab di dalam situ, dan gue gak bisa keluar sampai gue bisa mendapat goal PhD yang ingin gue capai. It’s hard to explain, but on the other side, I don’t want to lose my identity as someone who loves to write anything I love 🙁

I have to make it work.. Going back writing while I’m doing tons of work in Japan. I gotta make it work.

Tahun 2022 bisa menjadi awal yang baik untuk memulai kembali menulis. Gue ingin mengawali dengan membahas sesuatu yang amat sangat gue rindukan. Dan gue baru sadar kalau gue gak pernah menulis tentang ini.. It’s about my beloved cats!

Sejak akhir 2020, gue menjalin LDR dengan kucing-kucing gue, and it is so painful buat gue berpisah dengan mereka.

Gue terhitung belum lama menjadi cat lover. Kali pertama gue resmi adopsi kucing itu di tahun 2017. Kucing yang kami temukan lahir di rumah tetangga seberang rumah, kemudian ibu nya bawa anak nya ke depan rumah kami, dan akhirnya mereka jadi permanen resident di rumah kami.

Nyeritain bagaimana kami memulai adopsi kucing dan dealing with everyone in the house bisa menjadi hal yang menarik untuk diceritakan. Before we adopt the stray cats, anggota keluarga di rumah gue gak ada yang cat lovers, dan jarang pegang-pegang kucing, bokap gue awalnya against banget liat kucing masuk rumah, dikit-dikit pasti diusir, nyokap gue juga sama, adek gue juga sempet takut ama kucing. Tahun 2017 menjadi turning point di keluarga kami yang akhirnya rumah kami menjadi semi-penampungan kucing. (gue bilang semi, karena rumah kita emang bukan tempat penampungan resmi, tapi sejak kita punya banyak kucing, banyak kucing yang datang entah dibuang orang atau mereka datang sendiri).

Adopting stray cats is the best decision I’ve ever had in my life, I’m sure my family think the same. Cats brought us joy, laugh, and even sadness. I need them more than I thought. We started with two cats, then end up with six cats, dan selama gue studi di Jepang, jumlah kucing kami menjadi 11 kucing. Bicara soal menghidupi semua kucing itu, tentu saja awalnya gue perhitungan banget, awal-awal beli makanan kucing sekilo diirit-irit banget. As time goes time, gue sadar kalau ngurus kucing gak cuma bawa kebahagiaan tapi bawa rejeki juga. Hehe.

tiga kucing ini dinamai dengan nama game-ku 🙂

Setelah satu tahun lebih tinggal di Jepang, I’m suffering homesick because of them. Gue kangen kucing gue sekangen-kangen nya. Huhuhu. Kadang gue suka iseng liat video Youtube isinya kucing-kucing, gue tiba-tiba nangis, nangis kangen. Selama gue di Jepang, gue selalu minta kirimin foto dan video kucing-kucing gue, segala gerak gerik mereka, kalau mereka bikin ulah gue selalu bilang  ke orang rumah untuk selalu direkam. Kadang-kadang gue minta video call, supaya gue bisa ‘ngobrol’ ama mereka, gue berdoa mereka gak lupa sama kehadiran gue, at least mereka bisa denger suara gue.

Huhuhuhu… I miss them so much. It’s not easy to decide whether I can go back to my country at this situation. What I can do right now is watching videos and photos of my cats.

Gue selalu include kucing-kucing gue  ke dalam percakapan bersama teman-teman gue, beberapa temen gue juga cat lover. Mereka syok, gimana bisa gue adopsi banyak kucing (Well, karena sistem adopsi kucing di Jepang ama di Indo tentu beda, in Indo we can adopt any stray cats freely, as long as the cat has no owner, but in Japan? it’s not that easy)

Mencari keributan tetangga

Untuk melepas rasa kangen ku yang membuncah, I dedicate this post for my beloved cats. Gue ingin berbagi profil kucing-kucing  yang menurut gue karakter mereka bener-bener unik satu sama lain. Gue akan sedikit berbagi opini tentang mereka dari sudut pandang babu-nya.

Semakin sering berinteraksi sama kucing, kita makin sadar kalau kucing juga punya personality, kayak manusia-lah. Mau kenalan ama kucing-kucing gue? Yuk lah lanjut baca tulisan ini 🙂

((Drum Roll)) I am .. now … Introducing … my Cats!

Brought to you by their dedicated babu~ 😀 😀

1. Eco

Nickname: Eco, Coco, Limo, si lemak, co-miuw, gembrot

Lahir : Agustus 2018

Jenis kelamin : Jantan

Tentang si kucing

Kucing yang paling bonding sama gue selama gue ada di rumah. Eco ini introvert, gak suka kenalan ama orang baru (kalau temen gue dateng, dia pasti langsung kabur). Sejauh ini, dia kucing ter-gembrot di rumah, makanya nama panggilannya banyak karena ukuran badan nya. Paling suka di-elus-elus, kalau dia lagi manja, biasanya dia langsung ngejatuhin badannya “gedebuk!”, itu tandanya minta digaruk bagian punggung nya. Suka tidur di atas rak, kulkas, lemari. Di siang hari dia suka chill di bangku taman sambil bengong. Eco ini kucing paling rumahan dibanding yang lain, jarang pergi-pergi jauh, gak kayak abangnya, Soleh dan adek nya, Oly. Dia juga hobi manjat ke paha orang yang duduk, trus duduk posisi loaf. Gue paling suka bobo bareng Eco.

2. Oly

Nickname : Oly, Ol-ol, Si-ol, Preman

Lahir : Agustus 2018

Jenis kelamin : Jantan

Tentang si kucing

Oly lahir bareng Eco, dia punya satu saudara yang meninggal pas bayi (kita namain Uno, terus nama Uno pindah ke Uno yang kita adopsi). Waktu lahir, muka dan badan nya burik banget, kalau lihat foto bayi dia mengenaskan banget deh. Gue sempet ngira hidup dia gak akan lama, karena badan nya ringkih banget. Oly juga suka sakit-sakitan waktu kecil. Eh takdir berkata lain. Oly tumbuh jadi kucing dewasa yang sehat dan kuat, saking kuat nya, dia mencoba mengambil tahta papanya, Luna sebagai King of the Jungle. Kelakuan nya cukup preman, suka cari ribut ama kucing lain. Rajin berantem, hingga pernah luka parah, sampe adek gue harus bawa dia ke RS. Berat badan Oly suka gak stabil, kadang gemuk, kadang kurusan. Suaranya cempreng, dan dia suka tidur bareng suami gue di kamar. Jam 4 pagi dia selalu bangun dan pergi keluar jendela. Beda banget dengan Eco, abangnya, Oly ini cukup berjiwa petualang. Oly punya hobi patroli keliling rumah, atap, halaman, sampe ke genteng tetangga.

3. Uno

Nickname : Uno, No-no, Si Sulung

Lahir : 31 Juli 2019

Jenis kelamin : Jantan

Tentang si kucing

Satu-satu nya kucing adopsi yang kita ketahui tanggal lahir nya secara lengkap (kucing lain kita cuma tahu bulan dan tahun nya). Uno lahir di bawah gantungan baju kamar gue pada tanggal 31 Juli 2022. Emak nya, Chika, menjadikan kamar tidur gue sebagai ruang bersalin gratis. Awal mula gue nemu Uno lahir itu pas gue lagi duduk sendiri di kamar, tiba-tiba denger suara bayi kucing, pas gue angkat baju yang digantung, eh Cika ama baby Uno lagi berbaring lemas. Emaknya insecure tingkat tinggi waktu Uno lahir. gue sempet taro mereka berdua di box depan pintu kamar. beberapa hari kemudian, Uno hilang. Gue kira mati dimakan dimakan musang, beberapa bulan kemudian, gue liat siluet kucing remaja yang gak gue kenal, ternyata Uno dipindah di loteng dan tiba-tiba udah gede aja! Awalnya dia nge-hiss kita, tapi lama lama dia melunak dan ngeong-ngeong minta makan. Uno juga cukup introvert dan gak gitu bawel. Spot tidur nya di atas lemari dapur. Uno ini anak sulung Chika, dan dia punya banyak adik.

4. Soleh

Nickname : Soleh, Oleh, Sol-sol, Syooleh, si Oleh

Lahir : Maret 2018

Jenis kelamin : Jantan

Tentang si kucing

Kucing adopsi tertua yang kita punya, Soleh. Lahir dari rahim yang sama dengan Eco dan Oly. Soleh adalah abang dari Eco dan Oly (tapi entah apakah mereka satu bapak atau bukan). Ibunya almarhum Busui. Soleh dan almarhum adiknya, Solihun lahir di rumah tetangga depan rumah. Ibu nya hobi mindah-mindahin Soleh dan Solihun waktu bayi, hingga akhirnya menetap di depan rumah kita. Sayangnya Solihun mati saat masih bayi, Soleh kehilangan adik. Niat namain Soleh itu dari nama stand-up comedian, eh ternyata nama emang doa. Soleh ini kucing yang paling punya budi pekerti, gak pernah pipis dan pup sembarangan, kalau dikasi makan engga agresif, sopan. Bersyukur kami namai Soleh. Tapi semakin beranjak dewasa, Soleh jadi gak asik, gak suka dipegang-pegang, gampang sensian. Di siang hari, dia hampir gak pernah ada di rumah, hobi nya menyendiri di makam sebelah rumah. Soleh ini juga tertib untuk urusan tidur. Jam 9 malam dia biasanya standby di ruang kerja bokap gue dengan posisi berbaring sambil nutup muka nya pake tangan. Soleh yang sekarang jutek sering kita ledekin, tapi dia nya malah makin sensi. Leh, leh kamu kenapa sih 🙁

FYI, adek gue sempet pake jasa animal communicator untuk ngobrol sama Soleh. Kata communicator nya, Soleh gak suka yang berisik-berisik dan dia suka Mama, karena suka ngasi nasi tongkol yang enak. Hahaha.

5. Uya

Nickname : Uya, Uuy, Surya

Lahir : Sekitar April 2020

Jenis kelamin : Jantan

Tentang si kucing

Uya merupakan kucing rescue yang gue ambil dari jalan Suryakencana. Gue ingat betul momen nemu Uya (nama aslinya Surya, dari nama jalan tempat kita nemu dia). Hari itu tanggal 25 Mei, bulan Ramadhan, gue lagi belanja ke toko frozen, tiba tiba hujan deras turun, gue lagi neduh ama suami, tiba-tiba liat ada mas-mas ngusir kitten yang berusaha berlindung dari hujan. gue langsung nyamperin dan negur mas-mas nya, lebih jahat lagi, Uya sempet lari ke satu toko, dan pemilik toko nya ngusir si Uya pake tongkat besi, akhirnya gue ambil Uya. Niatnya gue mau mindahin Uya ke tempat lain yang lebih aman. Si Uya masih trauma banget, dia masih kicik banget, mungkin belum sampe dua bulan. Waktu itu, kucing di rumah udah banyak, nyokap gue udah ngomel, jangan sampe nambah kucing lagi. gue ragu-ragu mau bawa Uya, awalnya gue mau ninggali Uya di depan Indomaret. Gak tega, akhirnya gue bawa dia pulang pake motor, sambil dibungkus kresek, hujan hujan. Selama di jalan, gue tatap wajah dia yang nelangsa. Daaaan, dia ngompol donk, ya Allah Uya wkwkw. Gue diam diam masukin Uya ke samping rumah, taro dia di kandang dan ditaro di depan kamar (kamar gue ama nyokap gue agak jauh). Lima hari setelah Uya dibawa ke rumah, nyokap bokap tau tentang Uya, tapi akhirnya mereka nerima. Dan sekarang Uya sudah menjadi bagian dari keluarga kami yang tumbuh sehat, dan badan nya jadi panjang banget. Uya tipe kucing yang susah gemuk, tapi malah memanjang. Uya juga punya kelakukan preman, khususnya saat dikasi makanan. Uya paling agresif dan gak sabaran kalau mau makan, dia suka ngeong sambil nepok makanan pake tangannya. Uy, uy…

6. Abo

Nickname : Abo, Bo, Teh Abo

Lahir : Unknown, mungkin awal tahun 2020

Jenis kelamin : Betina

Tentang si kucing

Lahir dari rahim yang sama dengan Uno. Abo lahir dengan warna kombinasi abu, hitam, putih. Tidak diketahui Abo lahir dimana, yang pasti emaknya, Chika datang membawa Abo. Waktu bayi dia hobi nge-hiss tiap kita mendekat, tapi sekarang sudah bersahabat. Abo suka dijailin ama kucing-kucing jantan lain (mungkin karena satu-satu betina di rumah saat itu kali ya?) dan dia juga sensi-an kalau ada yang jahilin dia. Abo cukup pendiam, gak cerewet, dan gak petakilan. Adek gue manggil dia teh Abo, karena dia sudah menjadi kakak dari tiga adik-adiknya yang lahir di tahun 2021!

7. Chika

Nickname : Chika, chik, cika, jablay

Lahir : Agustus 2018

Jenis kelamin : Betina

Tentang si kucing

Nah ini diaa, mama-nya Uno, Abo, Mayang (kucing ini dirawat tetangga), dan tiga kucing baru di rumah! Chika hobi banget bikin anak, sampe kita julukin jablay, dan akhirnya Chika di-steril supaya gak beranak lagi. Badan Chika gemoy seperti mama muda, suka caper, agak centil ke manusia lawan jenis haha. Suara ngeong dia khas, pendek-pendek. Chika itu gak suka sama Oly. Mereka hobi banget berantem. Awalnya Chika hanya kucing yang beredar di sekitar rumah, tapi dia sepertinya merasa rumah kita itu jadi tempat bersalin gratis.

Kucing-kucing pendatang baru yang hadir setelah gue berangkat ke Jepang

Kucing-kucing dibawah ini muncul ketika gue udah di Jepang. gue belum pernah ketemu mereka secara langsung. Tahun 2021 Chika melahirkan tiga kucing di box laundry di kamar gue. Suami gue yang pertama kali nemu Chika melahirkan. Kita sekeluarga sempat shock, tapi akhirnya kita putuskan tiga krucil kita rawat. Karena warna si krucil ini mirip ama Eco, Oly, dan Busui, akhirnya kita namain mereka:

8. Ecil

(Ecil = tengah, warna oren)

Nickname : Eco-kecil, Cil

Lahir : 2021

Jenis kelamin : Jantan

Ecil, kucing oren, yang akhirnya kita namain Eco-kecil. Ecil paling gemuk dibanding dua adeknya.

9. Ocil

Nickname : Oly-kecil, Cil, Monyet

Lahir :

Jenis kelamin : Jantan

Tentang si kucing

Ocil atau Oly-kecil. Mukanya mirip ama Uno, agak-agak mirip monyet haha, ekor nya panjang banget kayak coki coki.

10. Bucil

Nickname : Bucil, Busui kecil,cil

Lahir : Agustus 2018

Jenis kelamin : Betina

Tentang si kucing

Bucil atau Busui kecil – kucing calico (tiga warna) yang mirip dengan Busui, ibu nya Soleh, Eco, Oly. Punya ekor pendek, dan kata adek gue, Bucil cukup independen dan gak suka deket-deket orang.

Ada satu kucing lagi yang ditemuin nyokap gue di depan rumah akhir tahun 2021. Dia adalah …

11. Uta

Lahir : Unknown

Jenis kelamin : Betina

Tentang si kucing

Uta adalah kucing ras (sepertinya anggora?) yang gak punya bola mata yang ditemuin emak gue. Dia keliatannya tersesat. Uta adalah kucing buta, makanya dinamain Uta. Kita sempet mikir apa Uta ini punya orang terus nyasar, tapi sampai sekarang gak ada nyari. Dugaan terkuat adalah ada orang buang Uta di depan rumah kita (shame on you if someone did this!). Meski Uta buta, dia cukup sensitif mendengar suara dan gerak gerik. Awalnya kita mau open adopt Uta, tapi sepertinya adek gue mau ngurus dia untuk sementara waktu.

Selain kucing-kucing di atas, adapun kucing lain-lain yang ikut berkeliaran di rumah kami  + teman main kucing-kucing kami + yang sudah pergi meninggalkan kami: Luna (diduga papa-nya dari semua kucing), Busui (Alm.), Widji (Alm.), Krisna (teman main Uya), Buntung, Si Cantik, Bella, Rambo, dan lain-lain.

Note: Semua kucing kami adalah ras kampung, kecuali Uta. Semua kucing sudah steril selain Uta.

Gimana? Lucu-lucu kan kucing-kucing gue? Hehehe..

They are our source of joy. Gue inget betul waktu pandemi mulai, gue batal berangkat ke Jepang, bisnis carut marut, satu hal yang bisa ngejaga gue waras itu dengan cara ngeliatin mereka tidur pulas di sofa. Seakan-akan gak ada rasa kuatir sama kondisi pandemi, karena mereka percaya babu nya pekerja keras dan meyakini kalau rejeki pasti ada. Nontonin mereka tidur, ngelamun, guling-guling udah cukup membuat hati damai. Bokap gue yang awal nya agak-agak anti ngeliat kucing berkeliaran di rumah, sekarang doi happy banget kalau pas ngaji ditemenin si soleh yang duduk di sebelah Qur’an. Yang lebih lucu lagi, kalau kita lagi solat taraweh bareng di rumah, Hamparan sajadah buat kucing-kucing bagaikan kasur buat mereka gogoleran dan tentunya menngurangi pahala babu nya, karena kalau mereka datang ke sajadah saat kami solat, lalu tiba tiba “bruk”, mereka menjatuhkan badan mereka beserta lemak-lemak nya, sontak kita nyengir sambil ditahan-tahan. Hahaha.. those days.. I really miss it. Semoga ada rejeki dan sehat buat pulang, biar bisa melihat kelucuan mereka meski cuma sebentar.

Kalau dari deskripsi gue tentang karakter masing-masing kucing di atas, kalian demen nya ama siapa atau kucing kalian mirip sama siapa? Drop di kolom komen ya!

Jangan lupa follow IG kucing kami ya di @ucingucingan16

 

 

 

 

 

Read More