Catatan Akhir Tahun 2024

Beberapa tahun terakhir, gue nulis Catatan Akhir Tahun di personal diary, jadi gak pernah gue share. Entah kenapa gue rindu nulis di blog lagi, so let me do it this time on my blog.

Selama tahun 2024, gue mencoba untuk mengadopsi mantra:

“to always seize the day and take one day at a time”

 I want to bring something much more simple in my life than before.

Gue bener-bener ingin menikmati setiap detik, menit, jam di hidup gue, dan lakukan hal yang harus dilakukan satu per satu. Surprisingly it worked for me.

Afirmasi positif ke diri sendiri berasa banget manfaat-nya, mindset gue lebih sehat, cara gue menghadapi masalah juga lebih baik, dan terlebih lagi.. gue bener-bener bisa ngikutin kata hari gue, I know what’s right for me.

Bertumbuh bisa jadi kata yang tepat untuk mendeskripsikan catatan tahun ini.

Melewati 366 hari pastinya engga mudah, namanya hidup ya, ada aja ujian datang silih berganti. Ada hari yang gitu-gitu aja, ada hari yang melelahkan banget, ada hari yang bawaan nya pengen nangis, bahkan ada hari yang indaaah banget padahal gak ada yang spesial banget.

Kalau ngeliat catatan akhir terdahulu, gue bisa liat kalo gue excited bgt dengan nyeritain apa yang udah achieved tahun itu dan what to look forward ahead. Ah, younger me..

I am 35 now (soon to be 36), how I see life is different now.

Of course, sharing what we have achieved might be something I’d like to do now and then, but this time will focus on my own personal growth as a measurement of life achievement.

Btw, ini gue masih belibet banget nulis indo-inggris, penyakit inkonsistensi bahasa gue kumat lagi skrg. Entah kenapa susah banget buat stick di satu bahasa aja. Mohon maaf ya kalau berubah-ubah bahasa-nya.

2024 is still about my study. My PhD. Gue masuk ke tahun perpanjangan masa studi gue yang sudah lebih dari tiga tahun. Awalnya gue ketar ketir sama fase perpanjangan, tapi anehnya justru gue lebih chill dibanding masa studi normal, hahaha. Mungkin ini rasanya pasrah kayak apa ya. Tapi mudah-mudahan ini bermakna positif.

Sebenernya gue tuh tau source of ketar ketir gue dulu. Dulu gue mikirnya studi bisa diusahakan secepatnya selagi masih nerima beasiswa, tapi pas tau harus extend, gue cukup nerima kenyataan kalau studi gue emang sulit diselesaikan selama 3 tahun. Hal yang gue kuatirin itu bukan di studi-nya, tapi lebih ke uang-nya. Gue kuatir gak bisa beresin sekolah disini karena gak ada uang atau tabungan. Tapi, lagi-lagi.. Allah sang Maha Pemberi Rezeki.. gue sampai detik ini tidak pernah merasa berkekurangan. Suami gue sempet bilang kalau pencari ilmu itu sebenarnya gak perlu kuatir sama uang atau rejeki, karena orang yang nimba ilmu itu pasti akan dimuliakan, dan tidak akan dibuat kelaparan. Ucapan suami gue ini jadi semacam pegangan gue, selagi niat belajar masih, inshaAllah akan ada jalan buat dapet rejeki.

Setahun ini, gue ngabisin waktu dengan berkutat sama nulis, nulis paper, nulis tesis, nulis blog. Gue ingin ngasi apresiasi ke diri gue sendiri, karena gue sudah menginjak di fase yang gue inginkan: dua paper selesai (satu terbit, satu sudah submit ke jurnal) dan mulai menulis tesis. Satu achievement kecil tapi gue anggap besar dan sangat pivotal di studi gue adalah nerima “Revision Request” dari peer reviewer untuk paper kedua. Nerima revisi untuk paper gue adalah hal yang gue impikan, artinya paper gue tidak lagi rejected terus. Nerima revisi artinya ada sedikit harapan kalau jurnal tersebut tertarik dengan paper gue. Buat org non-akademisi kayak gue, ini semacam achievement unlocked yang luar biasa besar. I can finally reach it this year. I am so proud of myself.

Gue join PhD itu untuk nantangin diri gue untuk belajar tentang game. Penyesuaian diri gue di dunia akademik ini luar biasa berat, karena gue sama sekali awam dengan ilmu sosial. Gue lega bisa melewati semua nya, dan yang terpenting bisa tetap bertahan sampai sekarang. Gue belum lulus, tapi gue tahu things are moving, yes .. it’s moving. That’s enough.

Gue meyakini bahwa gue harus bisa menyelesaikan apa yang gue mulai, terlepas seberapa besar tantangan yang harus gue hadapi. A thousand miles begin with a single step.

Harapan besar tahun 2025 : Studi doktoral selesai. Amen everyone?

Di luar studi, gue juga di-sibuk-an sama part time job jadi tour guide. I honestly have a great part time job. Part time job gue ini bisa jadi contoh dari konsep tiga circle di Ikigai: what skills you’re good at, what the world needs, and what you can get paid for. Meski what the world need di part time job gue lebih ke individualistic-driven needs ya, but it’s still okay. My part time job could be the one thing that I am grateful for this year. Pekerjaan ini menyadarkan gue kalau ada job yang bisa ngasi peace of mind dan boundaries buat gue. Meski kadang ada juga kendala dan tantangan yang bikin pusing, tapi masih bisa gue manage dan stress nya gak berkepanjangan. Terlebih lagi, gue merasa pekerjaan ini really improve my English a lot and boost my confidence. Part time job ini gak cm ngasi gue uang aja, tapi juga buat pengembangan diri gue. Udah gitu, gue dapet kesempatan buat ketemu banyak tamu dengan latar belakang yang beda-beda, most of them have interesting profiles, mulai dari produser film Fast Furious, aktor Netflix, keluarga muslim Amerika yang sweet banget, sampai Youtuber gaming. Selagi kerja, gue bisa menumpahkan curiousity gue yang tinggi banget ke tamu-tamu gue.

Konsekuensi dari job gue ini sebenarnya lebih ke meredupnya spark gue sama tempat-tempat yang dulu gue anggap bagus banget, kayak beberapa distrik tua di Kyoto, dulu pertama kali liat itu indaaah banget.. setelah ngeliat kesekian ratus kali nya, ya hilang deh rasanya, itu aja sih. Alhasil, gue dan suami mencoba menjamah tempat-tempat baru di pinggiran Kyoto atau bahkan di luar Kyoto. Kita berkesempatan main ke temple-temple yang jauh dari pusat kota, dan lumayan effort perjalanannya. Gue dan suami berjanji kalau sesibuk apapun kita, harus bisa nyisihin waktu buat sightseeing bareng. Time is truly precious. Kita berdua juga gak tau sampai kapan bakal di Jepang, so the perfect time to go is now. This year, we really enjoyed our Momiji (autumn trip).

Hidup itu kurang lengkap kalau kita gak nemu hal baru dalam hidup. Tahun ini, gue nemu banyak game baru, musik baru, buku baru, bahkan Youtuber baru! Sebenarnya engga baru sih, tapi gue baru berkenalan hehe. Tahun ini, gue gak nyangka kalau ternyata nonton Youtuber mane game itu seruuu bangett, and thanks to.. Windah Basudara!

Gue lupa gimana gue bisa nonton video pertama Windah, gue nonton buat nyari temen lipet jemuran, dan gak disangka.. gue sekarang jadi bocil kematian wkwkwk (istilah buat fans nya Windah Basudara). Setahun ini, gue ngabisin waktu luang gue buat nontonin konten nya Windah, sampe gue jadi jarang nonton film atau series gara-gara dia 😀 Thanks to Brando Windah for making my day better! You rock! Keep going yaa, banyakin konten game horor ama game simulator yaa :p

Speaking of Youtube, gue mau share one new milestone yang sebenarnya tidak gue rencanakan, tapi masyaAllah.. mungkin ini rejeki gue ya.

The milestone: My Youtube channel “Student Traveler” is now a Youtube Partner!

Tahun ini, akun Youtube gue berhasil dimonetisasi, alhamdulilah. Ini gara-gara video iseng gue tentang hasil tes DNA yang tiba-tiba viral, subscriber ama watching time channel gue terus bertambah. Meski udah di-monetisasi, gue belum bener-bener bisa fokus ngembangin Youtube gue. Gue masih bikin video rutin tentang jurnal bulanan PhD, di luar itu belum ada konten serius yang akan gue garap. Prioritas gue masih buat beresin S3 dulu, tapi pelan-pelan gue akan pikirin gimana Youtube channel Student Traveler bisa kasi konten-konten bermanfaat. Doakan saja ya! J

Sebenarnya ada banyak yang ingin gue tuliskan disini, tapi mungkin sekian dulu aja catatan akhir tahun ini, it’s 1,5 hours to 2025 now, and I am going to take a hot bath as a way to enjoy New Year’s Eve. I was sick for the last few days: fever, flu, sore troat, and cough. Despite of my sickness, I can manage to do part time job while I was sick, Glad I survived. Thank you to my mind and body for working hard mentally and physically.  Let me reward myself with a hot bath.

Last words: I am grateful to Allah for the blessings that have yet to come, as they give me hope for the future and deepen my appreciation for what I already have. I have learned, time and again, that true contentment comes from within. Once again, alhamdulilah for 2024.

Happy New Year all.

Stay blessed and happy.

 

Salam,

@annisaa_potter

Read More

The Letter I Wish I Could Have Sent

Hey, Den.. apa kabar lu disana? Moga-moga lo baek baek ya Den..

Gak kerasa udah dua tahun lo pergi. Kangen gue Den ama elu.

22 Desember 2022, hari yang gue kira baik baik aja dan sama kayak hari hari sebelumnya, tapi ternyata hari itu beda.

Den lo tau gak sih, gimana gue dapet kabar lo pergi saat itu.. Pagi itu gue baru beres ketemu psikolog di kampus, gue lagi happy karena draft gue baru beres, gue kira gue bisa rileks sejenak dan berpikir semua baik baik aja. Hingga ada missed call masuk ke HP gue, si Tahmid nelpon, gak gue angkat karena lagi meeting.

Gak lama, mas andik nelpon, gue angkat, dia cm nanya “udah ditelpon Tahmid?” Gue blg udah, tapi gak diangkat.

Mas andik nanya gue dimana, trus nadanya serius banget gak kayak biasanya, gleg, sekujur badan gue lgsg lemes sedetik sblm mas andik ngasi kabar kalo… lo udah pergi.

Gue ingat hari itu lagi mendung, musim dingin yang bikin udara nusuk di kulit. Gue gak percaya nerima berita kepergian lu secepat itu. Gue duduk sendirian di sudut taman kampus sambil nangis megang HP. Gak peduli orang-orang yang lewat ngeliat muka gue basah. Gue speechless, badan gue seketika berubah dingin.

Ya Allah Den, andai lo bisa liat sepedih apa gue pas dapet kabar ini. Gimana pun, meski ini takdir, gak banyak orang yang siap nerima kabar kepergian orang yang disayangi. Gue gak siap banget waktu itu, gue inget bbrp minggu lalu lo bilang udah baikan. Gue optimis dan yakin banget lo bakal pulih. Gak terpikir akan secepet ini Den. Buyar banget gue hari itu, linglung, hari itu gue rencana mau ke kampus, gue tiba-tiba ilang arah, gue tiba-tiba ketakutan sendiri, gue lgsg ke kampus cari temen gue, pas gue masuk ruangan, gue mencoba nahan tangis supaya gak ganggu temen-temen gue. Pas satu temen lab gue nyapa, “hey, how are you?

My friend just passed away today..” langsung tangisan gue pecah lagi, gak tahan gue. Temen-temen gue langsung meluk gue, ikut simpati sama gue.

Hancur rasanya Den ditinggal ama elu. Gue, Nisty, ama Tahmid nangis mulu gak berhenti-henti. Kita butuh waktu buat proses semua ini dan nerima kalo lo bener-bener pergi Den. Maaf ya Den, saat itu gue jauh banget dari elu. Jujur gue nyesel Den, waktu kondisi lo masih blm baik, gue sungkan buat call elu, karena gue takut malah ganggu. Inget kan video call terakhir kita?

Tahmid call gue, lo lagi sakit banget waktu itu, tapi masih usaha buat ngomong ke gue, dan pas mau udahan, lo bilang “Makasih nis..”

Ternyata itu kata-kata terakhir lo ke gue.

Andai gue bisa muter waktu, gue pengen egois aja, tetep nelpon lu, meski lo gak bisa ngomong apa-apa lagi, gue cuma pengen call dan liat elo. Meski kmrn gue gak sama lo, I know I always care and pray for you, you know right?

Bonny bilang ke gue, kalau lo ngerasa sakit banget, gue gak bisa bayangin Den lo sesakit apa. Mungkin ini cara Allah menyayangi lo, supaya gak terus nahan sakit.

3 bulan setelah lo pergi, gue dapet kesempatan main ke rumah elu den, gue ketemu Bonny ama anak-anak, gue liat Garera dari jauh aja gue langsung nangis Den, dia mirip banget sih ama elu, gen elu kuat ya. Gue ama Bonny malah nangis sambil ketawa2, aneh banget kan?

Trus kita jalan bareng ke rumah peristirahatan lo. Pas gue sampe sana, pecah lagi tangis gue Den.. Gue, Nisty, Tahmid, Bonny, anak-anak ada disitu..

Si Tahmid lagi nambahin, kalo orang-orang biasa liat kita berempat, sekarang tinggal bertiga. Tiap Tahmid ngomong apa, gue nangis mulu deh. Gue, Tahmid ama Nisty butuh waktu buat ngelepas kepergian elu den.. Alhamdulilah kita ikhlas Den, meski ya tiap inget elu, kadang bawaan nya pengen nangis lagi, gue perlahan mencoba mengingat elu dengan rasa bahagia. Belakangan ini, gue suka muterin lagu Yovie n Nuno Den kalo lagi ngedraft paper, gue inget banget lo suka ngulik lagu Yovie Nuno di keyboard. Januari kemarin gue nonton Ed Sheeran di Osaka Den, si Ed baru mulai nyanyi, gue mewek lagi.. ah Den, apa apa keinget elu mulu. Btw, makasih ya Den udah mainin Thinking Out Loud-nya Ed pas nikahan gue. Gue sekarang dengerin itu lagu gak cuma inget pernikahan gue, tapi inget elu juga.

Kepergian lo bener-bener ngubah hidup gue Den. Kehilangan emang hal yang biasa dalam hidup.

Orang dateng dan pergi, tapi kepergian itulah justru ngajarin gue seberapa berarti nya orang itu di hidup gue.

Dua tahun berlalu, mungkin lo jarang liat gue nangis lagi Den.. Orang suka bilang, kalo orang habis kehilangan, paling beberapa bulan juga udah biasa lagi, balik ke rutinitas biasa. Disitulah gue merasa hidup ini emang fana banget ya.

Secepet itu manusia bersedih, habis itu melanjutkan hidup kayak biasa, trus udah gitu aja. Kita sibuk sama urusan dunia, ampe lupa mikirin kalo kita ini masuk antrian. Antrian lo ternyata di awal Den, dan gue … Wallahualam.

Gue belajar banyak dari kepergian elu Den.. hidup gue sekarang gak neko-neko. Gue sering mikir hidup itu panjaaanggg banget, gue yg suka worry, gimana kalo gini gimana kalo gitu. Sejak lo pergi, gue di-warning banget, gue nanya ke diri gue: “apa yang mau lo lakuin di sisa hidup lo ini?” “apa impian yang belum lo capai?” “kebaikan apa yang mau lo perbuat buat amalan nanti?” Banyak banget pertanyaan-pertanyaan kayak gini muncul hampir tiap hari di benak gue sejak lo pergi, Den. Kecemasan ama hal-hal duniawi jadi bisa gue kelola, gue merasa lebih lepas Den sama hidup ini.

Kepergian elu tuh nyadarin gue kalo kita gak perlu punya seribu teman, hidup ini terlalu singkat, just spend with the people who matter the most to you. Gak usah maksain pertemanan, kalo iya ya iya, kalo engga ya engga, gitu aja beres, gak usah dibikin repot. I am so lucky to have you as more than just best friend in my life. Makasih ya Den.. Gue tau arti persahabatan dari elo.

Inget gak sih kita ketemu kapan? kelas 2 SD, kita masih 7 tahun, dan kita masih sahabatan sampe lo pergi.

26 tahun kita temenan Den.. gila ya, gak banyak tau Den yg bisa kayak gini, biasanya mah temenan ada time limit, temen SD ya cm ampe SD aja, temen SMP ya cm ampe SMP aja, .. sama elu, gue sahabatan ampe lo jadi Bapak Dosen beranak dua.

MasyaAllah ya Den, Allah ngasi gue rejeki sahabat yang baik banget, ampe gue dewasa. Alhamdulilah..

Jujur, makin dewasa ini susah Den bisa dapet pertemanan se-genuine ini, apa gue nya aja ya yg susah, tapi pertemanan emang butuh waktu, kesadaran, empati, bahkan konflik. Untung jatah berantem kita dah kepake semua ya pas SD-SMP dulu. Udah gitu berantem nya juga karena hal gak penting lagi, wkwkwk.

Den, gue banyak banget ih yg mau ceritain.. Kalo dicertain semua, kayanya bakal panjang banget deh.

Gue ceritan dikit aja dulu ya, tar gue kirim surat lagi deh ke elu.

Den, lo kan salah satu orang yang selalu excited dengerin cerita perjalanan sekolah gue. Anyway, gue masih di Kyoto nih Den, masih berusaha beresin S3 gue, gue yakin lo tau seberjuang apa gue buat namatin studi gue. Dulu lo rajin nyemangatin gue, gue yakin lo masih nyemangatin gue dari sana. Den, gue mo pamer ya, dua paper gue udah beres loh, yg satu udah publish, yg satu masih under review. Beresin satu paper aja bisa setahun sendiri Den.. perjuangan banget kan. Gue sekarang masih nunggu kabar dari reviewer nih, doain ya moga-moga dapet kabar baik. Gue udah mulai nulis disertasi, akhirnya Den sampe juga di tahap ini, dulu gue uring-uringan karena belum nulis-nulis, akhirnya masuk fase ini juga.

Ngomong-ngomong soal nulis, inget gak masa-masa kita menuju drop out dari S2, kita rajin ngafe biar saling memotivasi supaya tesis cepet beres. Nulis sih, eh nyambi nyari Pokemon, wkwkwk. Seru banget sih itu.. main Pokemon Go bisa menghibur kita yang panik sama masa studi mau abis. Kadang kita lanjut makan nasgor di warung emperan. Gue, Tahmid, ama Nisty selalu tau menu andalan lo makan itu ya nasi goreng, lo emang bakat banget jadi bapak-bapak :p

Honestly, gue happy Den di Kyoto, alhamdulilah.. mas Andik tetep suportif dan rajin masakin gue. Lo juga kan shipper gue dan mas Andik tetap bersatu dan anti-LDR, wkwkwk. Kita masih tinggal bersama dan bahagia di apato kecil ini. Gue berusaha buat bisa pulang ke Indo minimal setaun sekali, gue kerja rodi juga disini buat bertahan hidup sambil nabung-nabung buat mudik. Ni gue lagi ngomporin Bonny ama anak-anak buat main ke Kyoto. Lu kan pernah blg Den, Garera pengen ke Jepang ketemu Uwa Nisa. Mudah-mudahan mereka bisa segera main kesini ya.

Gue kangen bgt ngobrol ama elu Den, kok lu mau banget sih jadi tong sampah gue, nerima segala keluh kesah gue tentang apa aja, waktu jaman gue ababil habis putus, lo orang terdekat yg berani nyuruh gue buat realistis dan segera move on. Trus lagi kalo gue lagi ngadepin orang annoying, elu mau dengerin semua nya dengar sabar, bahkan lo sambil ngelonin anak-anak. Tapi, gue skrg gapapa kok, gue masih melatih diri gue untuk berdamai sama diri sendiri, jadi biar gak gampang nerima emosi negatif dari luar. Berat sih, tapi gue tetep usaha. Jadi orang dewasa tuh ribet Den, suka ada aja masalah nya. Kadang menjadi dewasa itu bukan nya lebih wise, eh malah nyusahin diri sendiri. Gue seneng masih ada Nisty ama Tahmid, tiap maen ama mereka, gue berasa kayak bocah lagi. Punya jiwa bocah dalam tubuh orang dewasa ini bikin sehat. Gue bisa lebih appreciate hal-hal kecil dalam hidup. Masih bisa ketawa ketiwi itu mahal ternyata. Hidup ini sebenernya simple banget ya Den, manusia aja yang suka mempersulit.

Den, lo tau gak sih, kalo Nisty ama Tahmid udah nyamperin gue ke Kyoto, engga bareng-bareng sih, tapi gue seneng banget. Si Nisty nyariin pagoda yang dia ngerasa ditutupin mata-nya sama entahlah, mungkin makhluk halus, jadinya gak nemu pas dulu dia kesini, hahaha. alhamdulilah si Nisty bisa liat itu Pagoda. Si Tahmid juga kesini bulan Oktober taun lalu pas autumn baru mulai, lo tau kan Den, Tahmid is Tahmid, ada aja hal-hal diluar Nurul yg pengen dia lakuin, mulai dari muterin perumahan komplek biar ngerasain kayak di komplek Nobita, sampe akting ala ala mbak-mbak BTM di pasar perabot di Osaka, hahaha. Kita tuh tampang doank yang menua, kelakuan mah masih kayak umur anak DOSA49 #eaa.

Kita lagi kepikiran nih buat traveling bareng lagi, dari kemarin kita nyeletuk negara mana yang mau dikunjungin, pelan pelan sambil manifesting mudah-mudahan ada umur, rejeki, waktu, dan energi buat traveling bareng taun depan. Aaamiiiin. Nanti kita kabarin ya jadinya kemana.

Segitu dulu ya Den. Kita emang udah beda alam sekarang, surat ini entah nyampe atau gak nyampe ya wallahualam. Moga-moga kalo lo bisa baca ni surat, lo baca sambil senyum-senyum sendiri disana.

Miss you Den, Al-Fatihah.

Salam,

Nisa

 

 

 

 

 

 

Read More

Life Updates from Me :)

Hi!

It’s me

 

Ohisashiburi (Long time no see). 

It’s been a while since I wrote my latest post about my Hajj experience. 

Blogging seems to be more challenging day by day. 

I hope I don’t lose the spark of blogging, because I love blogging so much. 

 

And, it seems I am currently suffering with my default writing language. 

I don’t wanna sound that I’m showing off, but whenever I start writing in Bahasa Indonesia, my brain always shifts to English. I feel like I lost my capacity to write in my native language, but my English writing skill is not perfect as well. Even though I tried to mix both languages (like I used to do in the past), I can see the struggling there.. Dunno why, am I losing my language skills in both Indonesian and English? What kind of syndrome am I having right now? 

 

Me, being a native Indonesian doesn’t help me to write in Indonesian, my English is still broken too (as well as my Japanese and German). I am a bit embarrassed to admit this, I don’t belong to any language T_T

 

Let’s forget about language issues for a while.

I wrote this post just to share my current update about my life. As I intend to use this blog to share my thoughts and my journey as a Student Traveler, let me share what I am currently doing lately. I just migrate my blog into different hosting, so I am not sure whether this migration might impact in losing my past reader or not. I don’t write regularly, so I’m sure this blog might become a ‘spider’s web’ for not having a reader. :p

 

I am (still) living in Japan right now. Extending my study, now I am in my 4th year. Trying to finish my doctoral study and wishing to see the end of the tunnel from all the hard work I did. Now, I am currently waiting for my supervisor’s feedback on the 2nd draft of my paper. As my scholarship ended last year, I started to make a living through part-time jobs, which I can’t believe that my husband and I can live in Japan by depending on part-time jobs. We’re both doing fine with the jobs, even though it made us tired most of the time. However, this is not our first time (we had it in Germany before). I am now working as a tour guide, the job that pays me pretty well, I honestly love the job even though it makes me exhausted physically and mentally. I am no longer in my 20s so walking around for 5 hours straight is fun but physically tiring. The job gave me additional benefits in improving my English conversation skills (A lot of my guests from US keep asking me if I’ve ever lived in the US before, they keep complimenting my English that sounds like an American – I took it as a compliment 🙂 ) and getting to know about my guests and their backgrounds (I did more a hundred tour, I got lots of interesting stories which inspires me to write a blog about my life as a guide). 

 

With the better quality of life that I have here, I really enjoy my life in Kyoto. Most of the living I’m having right now is what I’ve been dreaming of. Although sometimes I miss my hometown too as well as my old life, I gain some fundamental things that I didn’t get in the past: proper healthcare services, ability to walk anywhere in convenient ways, better pay for my job, a separation between working time and resting time, solitude time, etc. Great things in life sometimes come from simple things. I sacrificed a lot in my 20s (yet I enjoy it too), now as I grow older, my perspective has changed quite a lot about life. I focus to see myself to the inside, rather than to the outside. 

 

Of course, my life is not perfect (and, who has a perfect life?). I am still worrying for something that I cannot see and predict right now, I get anxious with abstract things, I sometimes feel insecure with my capacity. In this PhD journey, I learned a lot about myself. I don’t know why but knowing myself better can make me more anxious and unconfident. I was very confident and empowered, but I am losing a bit. (It’s hard to explain, but yeah, that’s what I am feeling). 

 

My life is much simpler than it used to be. I do one thing at the time. I enjoy small things. I am still trying to believe in myself, whatever things come to me, I wish I could be strong and mature. I am practicing my self-awareness on my anger (still the hardest part). 

 

I am a 35 yrs old woman who still feels like I’m a kid who wants to do gaming all day, then all of sudden trapped into a woman’s body. I am so confused when I watch Sex and the City series, all characters are around my age (even some of them were younger than me), and their conversation is wild on men, sex, adulting, and so on. I feel like I am too old for this thing (well, I am married, but I rarely talk much about those topics with friends. I am excited to talk about games, kpop, coffee shop, funny cat videos, and lame jokes.

 

In summary, I’m OK, I am hanging in on what I am doing now, I am still hoping that people I care the most still care about me, I am happy with my married life (we just celebrated our 9 years anniversary!), I am still annoying and loud (as what my close friends think of me), I am gaining things and losing things at the same time. My hope is that I could go back to writing more often on my blog (with whatever language I wanna use). I want to keep my memory alive through my own words. Maybe I can go slowly.. Trusting the time and focus on my true intention. 

 

I hope every single one of you who read this post is doing okay, even though you’re not okay, I hope you keep hanging in there and believe that you’ll be fine.

 

Best,

@annisaa_potter

 

Read More